Kamis, Agustus 21, 2008

Rinduku Pada Bulan Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan


Menjelang bulan Ramadhan ini ga ada persiapan khusus yang kulakukan. Hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri adalah niat, hati yang bersih, tulus, ikhlas serta fisik dan mental yang oke tentunya. Termasuk doaku meminta kepada Allah SWT supaya “datang bulan”ku segera datang agar aku bisa ikut membuka Ramadhan nanti dengan berpuasa. Hehehe… Doa sederhana dari seorang hamba yang sering protes kalo lagi kesal. Ooh… Tuhan ampuni aku ya. Please, please,please….
Dan semua hal yang membuat aku terpuruk, sedih, marah, kecewa kubuang jauh-jauh.
Persetan dengan orang yang masih menyimpan marah, dendam, benci, dengki terhadapku, karena aku sudah meminta maaf sebelum Ramadhan tiba. Harapanku pintu maaf terbuka untukku, tetapi kalopun tidak aku tidak bisa memaksa.
Suer..., dari dalam hati yang paling dalam akupun sudah memaafkan orang-orang yang pernah bersalah padaku, diminta ataupun tidak. Bukankah memberi maaf itu perbuatan yang mulia, sama halnya dengan tangan diatas daripada tangan dibawah. Dan kewajibanku sebagai manusia yang ber Tuhan, memaafkan yang salah dan meminta maaf atas kesalahan / kekhilafan yang sudah kubuat.

(sebentar hpku bunyi…, eh alaahh… teman ngingetin aku makan siang. Sempet-sempetnya dia perhatian sama aku. Yo wis, tengkyu ya teman…)

Balik lagi ke obrolan Ramadhan
Bener lho…, sudah beberapa tahun ini aku menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan suka cita dan bener-bener kutunggu kedatangannya. Entah apa yang terjadi denganku, tapi aku merasa begitu kangen dengan suasana Ramadhan. (Ini salah satu tanda-tanda umat yang sudah insyaf. Hehehe....)
Berbeda ketika awal-awal tahun 2000 an aku begitu malas menyambut bulan yang satu ini. Rasanya begitu berat, seberat masalah yang sedang kualami ketika itu. Walaupun aku menjalankan ibadah puasa sebagaimana mestinya, tetapi hatiku ga tenang dan pinginnya segera usai saja ibadah puasa yang sedang kujalani waktu itu. Pun ketika Lebaran tiba hanya kusambut dengan biasa-biasa saja tanpa perasaan suka cita. Semua serba datar tanpa ekspresi yang berlebihan. Ritual pulang mudik tetap kujalani meskipun kalo boleh aku memilih waktu itu aku lebih senang untuk tidak pulang. Tetapi aku tidak melakukannya, karena aku tidak ingin orang tuaku kecewa atas sikapku itu. Semua tetap kujaga agar aku tetap menjadi anak manis mereka.
Tetapi keadaan telah berubah ketika aku bisa menerima segala apa yang terjadi dalam hidupku belakangan ini. Pasrah, tawakal itu lebih baik daripada aku harus ngoyo tanpa menyadari keadaan. Iman yang masih tersisa kuasah agar aku tetap menjadi seorang hamba yang selalu bersandar kepadaNYA.

Wis yoo....

(sstt…, ada 3 sms masuk di hpku yang belum kubalas. Udah dulu ya, selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan - walaupun masih tanggal 1 September nanti)