Jumat, Juli 26, 2019

Katanya Miom


Kamis sore, 25 Juli 2019 kemarin dengan segenap keberanian aku kembali cek ke dokter. Sendirian! Ya sendirian seperti yang sudah-sudah aku ke dokter atau ke rumah sakit selalu pergi sendiri. Sesampai di klinik aku menemui dokter, dan kemudian aku di rujuk ke rumah sakit untuk menemui dokter kandungan. Aku pasrah atas apa yang akan terjadi sambil selalu berdoa berharap keajaiban dari Allah agar aku terhindar dari hal-hal yang tidak kuinginkan.
Sambil menunggu dokter datang aku ditensi oleh perawat. Hasil tensi darahku menurun lagi dari hari sebelumnya (110/80, 100/70). Kemarin tensiku 90/60.
Ketika namaku dipanggil oleh perawat bergegas aku langsung masuk ke ruang praktek dokter spesialis kandungan yang sudah menunggu di dalam. Sungguh, baru pertama kalinya aku berhadapan dengan dokter kandungan untuk urusan kesehatan kandungan. Setelah kuceritakan semua yang kualami kemudian aku di USG. Kata dokter, ada miom yang besarnya 4,5 cm dalam rahimku. Dokter juga mengatakan rahimku melebar karena desakan miom yang ada di dalam rahimku. Aku pasrah mendengarkan semua penjelasan dokter termasuk andai terpaksa rahimku diambil pun aku sudah menyiapkan hati. Dengan keadaanku saat ini yang belum menikah dan sudah berusia 51 tahun kemungkinan-kemungkinan itu sudah kuperhitungkan. Tetap berdoa semoga tidak ada yang gawat atau hal yang menakutkan lainnya.
Setelah dibuatkan resep aku diharapkan kembali seminggu kemudian bila pendarahan tidak berhenti.
Aku pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang mendadak rasanya aku sedih banget. Ada perasaan takut melanda. Sekuat-kuatnya hati menerima kabar itu pasti ada sisi lain yang membuat linangan air mata ini bergulir.

Pulang dari rumah sakit ceritanya aku mau ngobrol tukar cerita sama gentong tentang penyakitku ini. Aku telepon dia tetapi gak diangkat, pun tidak ada telepon balik atau WA sekedar menanyakan ada apa karena dia tak sempat menerima teleponku. Tapi begitulah dia, makanya aku enggan menelepon atau WA dia bukan karena aku tidak mau, tetapi aku mengantisipasi kekecewaanku karena hal serupa. Alasan klasik.., tapi sudahlah. Semoga semuanya sehat-sehat saja. Aamiin...

Jumat, Juli 05, 2019

Ceritaku


Cerita flash back lebaran lalu.

Pagi-pagi di Hari Raya Idul Fitri 1440 H aku bergegas mandi karena waktu sudah menunjukkan pukul 05.30. Walau jarak tempat sholat Ied dekat rumah sebaiknya datang lebih cepat supaya tidak tergesa-gesa dan dapat tempat yang nyaman, menurutku.
Sholat Ied dimulai sekitar pukul 07.00.  
Kelar sholat dilanjut ceramah oleh sang imam. Setelah selesai rangkaian ibadah Hari Raya Idul Fitri aku pun buru-buru pulang sembari tegur sapa dan salaman sama tetangga yang berpapasan denganku. Sesampai di rumah aku ngemil kue kering yang sengaja kusediakan untukku, biar berasa Idul Fitri an, kataku. Hehehe…
Tak lama berselang ada pengumuman dari musholla agar warga setempat kumpul di depan musholla untuk silaturahmi/bersalam-salaman dengan warga situ.
Sebelumnya aku sudah janjian sama adikku berlebaran ke tempat saudara. Janjian jam 09.00. Setelah selesai bersalam-salaman dengan warga, aku buru-buru pulang. Niat mau makan bakso yang kubeli hari kemarin (buat makan lebaran ceritanya) tapi kulihat jam sudah menunjukkan pukul 08.50. Akhirnya aku gak jadi makan bakso karena khawatir adikku sudah meluncur menjemputku. Jiaann... ternyata adikku tidak tepat waktu, "tiwas ra sido mangan bakso", jareku ning jero ati.

Aku sudah bersiap dari tadi. Tiba-tiba aku dengar ada suara mobil berhenti di depan rumah. Ohh…, sudah datang, pikirku. Cepat-cepat aku ambil tas dan pakai sepatu, lalu kemudian bergegas keluar rumah dan mengunci pintu. Dengan berlari kecil aku menuju mobil yang terparkir di depan rumah. Tanpa pikir panjang aku buka pintu belakang. Dan tradaaaa…. Aku salah mobil sodara-sodara ! Duh, isin banget aku (malu banget aku). Ternyata mobil orang lain. Langsung aku minta maaf sama yang di mobil itu dengan perasaan malu sampai ke ubun-ubun!
Wassyuuu...syuuu tenan… makiku dalam hati sambil menahan malu. Kok yo pethuk banget sih iso salah mobil? Kok yo iso sampe keliru ngono. Aku masih saja nyerocos memaki dalam hati.
Betul-betul mobilnya mirip/sama. Sama-sama Pajero warna hitam. Bodohnya aku tidak  mengecek plat nomornya.
Ya siapa sih.., yang sempat-sempatnya ngecek plat nomor dalam keadaan terburu-buru gitu?
Pantas saja kok pada gak keluar mobil pas udah nyampe rumah. Aku sempat berpikir begitu sih sesaat waktu aku keluar rumah dan menuju mobil, gak seperti biasanya. Ternyata oh… ternyata memang orang lain yang ada di dalam situ.

Otw ke luar kota. Ceritanya kita berlebaran ke tempat saudara. Kakak sekeluarga sudah sampai duluan sehari sebelum hari lebaran. Kami sampai ditujuan, rumah dinas sudah sepi. Ternyata acara open house nya sudah rampung. 
Sampai di dalam rumah langsung salam-salaman kemudian disuruh makan. Tanpa basa basi aku langsung menuju meja makan menyantap makanan yang ada di situ. Terus terang lapar banget karena tadi aku gak jadi makan bakso di rumah.
Ngobrol ngalor ngidul sampai sore dan malam harinya ada saudara yang lain datang juga. Ketemu tante, keponakan yang sudah besar-besar. Ada yang sudah bekerja dan ada yang sudah menikah. Alhamdulillah senang melihatnya. Lanjut ngobrol sampai larut malam, jalan-jalan, jajan bakmi.
Keesokan harinya kami pulang Jogja termasuk kakak sekeluarga. Lanjut kumpul-kumpul lagi dan hari Jumat kakakku sekeluarga pulang ke Semarang karena anaknya harus balik lagi ke Jakarta hari Sabtu nya.
Lumayan lebaran kali ini aku tidak sendirian. Bisa makan menu lebaran bersama, bisa kumpul-kumpul bareng keluarga. Semoga tahun depan bisa berlebaran bersama lagi dalam keadaan sehat wal'afiat dan dalam suasana suka cita. Aamiin YRA...