Selasa, November 14, 2017

Teman Lamaku


Sabtu, Minggu kemarin menemani teman dari Jakarta jalan-jalan di Jogja. Tujuan teman kesini sebetulnya mau menghadiri undangan kawinan relasi suaminya saat pendidikan di Lemhanas dulu. Karena suamimya sedang sakit akhirnya temanku sebagai istrinya menggantikan kehadirannya dihajatan itu.
Sejak hari Jumat temanku (namanya Ida) sudah menelponku ngomongin rencananya itu. Janjian ini itu… dan hari Sabtunya dia datang dijemput sopir. Aku belum bisa menemani karena aku masuk kerja. Setelah bubar dari rutinitas kerjaku aku pulang mandi kemudian menyusulnya ke mess AL menemuinya. Ngobrol-ngobrol sampai maghrib lalu bergantian kami sholat kemudian dia mulai persiapan diri ke kondangan. Kuperhatikan dia dandan. Aku melihat peralatan make up-nya. Dulu pakai Sari Ayu sekarang pakai Ultima dan SK-II.  Wajar dong seiring peningkatan ekonominya beda pula yang dikenakan. Selesai dandan dan Ida nampak cantik dalam balutan atasan hitam dipadu sarung motif dengan warna dasar hitam dan warna-warna kontras. Okay…
Kemudian dilanjut keacara nikahan. Aku tidak ikut turun hanya menunggu di mobil, dan aku sudah bilang Ida, aku tidak ikutan masuk keacara nikahan itu. Alasannya sederhana, aku males dandan :)  
Ida tidak mempermasalahkan keenggananku itu. Dia pun bilang gak akan lama-lama di pesta pernikahan itu. Datang, masukin amplop lalu salaman ke yang punya gawe, salaman sama pengantinnya terus pulang.
Sampai di gedung parkiran penuh, tamunya banyak. Sesuai rencana Ida cuma datang, tulis buku tamu, masukin amplop, salaman terus pulang. Acara dilanjut ketempat bakmi jowo disekitaran jalan Nagan. Temanku itu mau kumpul-kumpul sama teman-teman sesama lulusan Lemhanas suaminya. Kebetulan teman-teman Lemhanas ini banyak ibu-ibunya.
Ida memang supel meski teman-teman suaminya dia kenal juga sama mereka. Ibu-ibu kalo sudah kumpul sama aja kayak ABG.., selfie-selfie gak ketinggalan. Mereka kumpul-kumpul disana sambil melepas kangen sembari makan mie jowo dan foto-foto. Aku yang bukan dari bagian mereka cuma diam saja sembari sesekali senyum saat dikenalkan Ida kepada mereka.

Selesai dari sana pulang ke mess. Ngobrol sampai larut, dari cerita teman, keluarga hingga usaha temanku ini yang ternyata dia sudah mempunyai 300 kamar kos! AC dan non AC.
Cukup lama aku tidak mengikuti perkembangan usahanya ini. Tau-tau udah segitu aja. Aku diperlihatkan foto rumah kosnya yang lebih mirip banguna hotel empat lantai. Busyeeettt ini sih bukan rumah kontrakan atau kos-kosan. Ini udah kayak hotel, Da! Kataku setengah berteriak.
Dia bilang kalo saat ini sedang membangun kamar-kamar tambahan lagi. “Yang pasti aku ngutang bank lagi, Lel.” Kata Ida sambil selonjoran di tempat tidur. Cerita beralih tentang anak-anaknya. Anak keduanya yang lulusan Akpol sudah dinas di Lombok, anak pertamanya lulusan sekolah pilot katanya mau nerusin ke spesialis boeing di Spanyol. Lalu anak ketiganya sudah semester akhir dikuliahannya.
Ida ini temanku sejak SD, SMP kemudian berpisah karena aku ikut orang tua pindah tugas. Orang tua kami pun saling kenal karena sama-sama sebagai pendatang waktu di Bitung - Sulut dulu. Hubungan kami tetap terjalin walau kami berpisah kota, berpisah propinsi. Lumayan sering ketemu jika ada pertemuan-pertemuan di Jakarta. Dari dulu sejak kami kecil, remaja dan kemudian Ida menikah dan punya anak aku tetap keep in contact dengannya. Suaminya seorang perwira tinggi Angkatan Laut. Dulu saat masih muda pernah ditugaskan di Jerman. Saat ini suaminya sudah perwira tinggi bintang dua (kalo gak salah Laksamana Muda), setara Mayor Jenderal kalo di AD (maaf jika salah. Hehehe… Maklum aku kurang mudeng masalah kepangkatan dalam TNI).

Keesokan harinya kami jalan-jalan. Dimulai ke Dowa, toko tas rajutan yang sudah beberapa tahun ini sedang booming di Jogja. Kami kesana liat-liat dan belanja. Gak disangka aku dibelikan sebuah tas. Alhamdulillah…
Selesai dari situ kami pergi makan siang lalu lanjut ke pasar Beringharjo. Borong daster dan cari souvenir untuk pengajian 40 hari meninggal ibunya. Selesai dari situ kami menyeberang ke Mirota Batik. Cari baju untuk mertuanya dan beli sedikit makanan oleh-oleh. Niat mau ke kota gede lihat-lihat kerajinan perak gak jadi karena keburu sore. Sebelum naik mobil Ida yang sejak kemarin pengen banget ronde keturutan juga. Disamping pasar Beringharjo kami menemukan minuman tersebut. Beli dua harganya diluar dugaan 28.000! Memang sih, Ida nambah isi bulatan yang terbuat dari tepung ketan isi kacang entah 3 atau 4 biji. Tapi ya sudahlah yang penting temanku sudah dapat yang diinginkan.
Pulang ke mess masih ada waktu buat ngobrol sambil menunggu adzan maghrib. Ida beres-beres koper dan belanjaannya. Setelah semuanya beres kami bergegas ke bakmi Kadin untuk makan malam. Sampai disana sudah ramai pembeli dan kami harus nunggu satu jam lebih untuk makan bakmi godog pesanan kami. Kelar makan akhirnya kami berpisah. Ida ke bandara aku pulang ke rumah.
Terima kasih ya Allah masih Engkau beri kesempatan lagi aku bertemu teman kecilku, teman remajaku, teman lamaku. Semoga ketemu lagi. Aamiin…

Selasa, Oktober 24, 2017

Reuni 30 Tahun SMA

Akhirnya aku ikut reuni teman-teman SMA Negeri 1 Sumedang. Niat sudah bulat tekatpun sudah memuncak. Meski lumayan jauh kutempuh juga perjalanan yang cukup melelahkan itu. Alhamdulillah… teman-teman lamaku menyambut niatku ini dengan suka cita. Benar-benar gak nyangka mereka semua antusias dengan rencana ini.
Aku berangkat menggunakan kereta malam Mutiara Selatan pukul 00.15 WIB. Ngantuk tak terasa meski jam tidurku biasanya dibawah jam itu.
Tiba di stasiun Bandung pukul 08.35 WIB. Dua temanku (Tatang dan Anit) sudah berada disana. Histeris kegirangan saat pertama kali aku menjumpai dua temanku tersebut. 30 tahun sudah berlalu dan Alhamdulillah Tuhan masih memberi kami kesempatan untuk bertemu dan berkumpul.
Perjalanan dari stasiun menuju Sumedang kota tempat kami pernah bersekolah sudah dipelupuk mata. Wajah teman-teman lama silih berganti seliweran di kepala. Membayangkan betapa kami saling merindu satu sama lain.
Sebelum perjalanan ke Sumedang berlanjut aku minta temanku mampir ke Kartika Sari untuk beli kue bolen yang memang sudah menjadi target oleh-oleh pulang ke Jogja yang harus kubeli.
Sepanjang perjalanan Bandung – Sumedang kami bertiga ngobrol. Cerita masa lalu dan cerita terbaru yang belum aku ketahui bercampur jadi satu. Kami tertawa mengenang masa lalu..., cerita kesana kemari dan akhirnya kami tiba di Sumedang jam 11.00 WIB. Kami langsung menuju rumah salah satu teman (Elly) yang dengan tangan terbuka menjamu kami. Yaaa… Allah begitu hepinya hati ini ketika ada dua teman kami (Dudun dan Utay) yang sudah berada disitu duluan. Tegur sapa peluk cium saat yang lainnya mulai berdatangan. Bener-bener sebuah pertemuan yang mengharu biru. 30 tahun terlewati dan kini mereka berada didepanku. Reuni kelas kami telah dimulai. Sabtu, 21 Oktober 2017.

Acara spontanitas. Dari pembagian kaos kelas yang sudah disponsori oleh salah satu teman kami (Cicin). Kemudian dilanjut makan siang (yang disponsori oleh Elly) dilanjut foto bersama di rumah Elly. Sorenya aku dan tiga temanku ke toko cari jilbab pink untuk seragam kelas kami. Lanjut ke hotel yang lagi-lagi disponsori teman kami Cicin. Maklum dia punya usaha disamping itu orangnya gak pelit. Setelah maghrib kami kumpul di hotel kemudian kami makan malam dan lanjut ke karaoke ditraktir oleh Cicin lagi. Hehehe…
Bersyukur punya teman yang sukses secara materi dan royal menjamu teman-temannya. Makanya, rejekinya mengalir terus.
Kalo ingat masa SMA nya dulu dia ini termasuk murid yang bandel dan sampai sekarang pun masih bandel. Hahaha  (Piisss... atuh kocin)
Tapi siapa yang tahu perjalanan hidup orang kemudian hari?

Keesokan harinya tepat tanggal 22 Oktober 2017 kami berkumpul kembali di hotel dan berangkat ketempat reuni angkatan '87. Saung Pawenang – Sumedang. Perjalanan tidak begitu jauh. Tiba ditempat sebagian peserta sudah datang. Registrasi kemudian masuk ruangan. Sambil menunggu yang lain ada suguhan snack yang sudah disiapkan panitia. Jumpa teman-teman yang lain, ada yang ingat nama dan wajahnya. Ada yang ingat wajah tapi lupa nama. Duhh… semoga dimaklumi karena sudah lama gak bertemu sebagian memori perlahan menguap.
Acara inti sudah mulai dan benar saja kata beberapa teman, reuninya garing alias menjenuhkan.
Kelas per kelas maju diperkenalkan. Dan saat maju kedepan panggung bersama teman-teman kelasku, aku melihat barisan depan tamu VIP guru-guru duduk disitu. Sumpriiittt bukan sok gak mau kenal atau gimana, wajah dan nama guru-gurupun aku gak ingat. Cuma satu yang aku ingat yaitu guru bahasa Inggris, bu Tita. Yang lainnya blank.
Wetti sebagai jubir kelas kami memperkenalkan satu per satu dari kami.
Kelas kami ini dulunya terkenal bandelnya. Sampai ada wali kelas yang mengundurkan diri jadi wali kelas kami karena gak kuat menghadapi kebandelan murid-muridnya. Ketika kenaikan ke kelas tiga beberapa teman laki-laki dari kelas kami dipindah ke kelas lain. Tujuannya supaya terpisah murid bandel satu dan yang lainnya. Huhuhu…
Tapi saat reuni kelas kami (hari Sabtu) mereka yang sudah dipindah ke kelas lain itu malah datang gabung dengan kami. Hehehe… ikatan kekeluargaannya masih kuat.
Selesai acara masing-masing pulang. Aku harus menunggu sampai malam di Sumedang karena aku naik bus malam pulang ke Jogja.
Disela-sela itu aku sempatkan keliling kota Sumedang. Tapak tilas jaman remaja dulu. Dengan diantar temanku, Yanie, aku dibawa keliling Sumedang. Banyak perubahan kotanya setelah 30 tahun dan nyaris aku tidak mengenali lokasi jaman dulu.
Menyempatkan diri beli oleh-oleh khas Sumedang, tahu. Ini juga salah satu target oleh-oleh yang harus kubeli. Wah.. bawaan semakin banyak ketika Elly dan Dudun membawakan oleh-oleh juga. Alhamdulillah rejeki..!
Dari pertemuan bersama teman-teman lamaku itu, satu pelajaran lagi yang aku dapat, bahwa kebahagiaan itu datang tidak melulu dari orang yang kita harapkan, tetapi terkadang datang dari orang-orang yang tidak kita duga sebelumnya.
Malam beranjak aku dan tiga temanku, Elly, Atti dan Dudun mengantar aku ketempat penjemputan penumpang di Alam Sari. Bus baru datang sekitar pukul 21.30 an. Akhirnya aku pulang ke Jogja meninggalkan kenangan indah bersama teman-teman kelasku.
Sampai jumpa lagi kawan!    

Selasa, Agustus 22, 2017

Niat Tulusku

Hampir setahun blogku tak kuisi. Malas menulis dan keseruan ngeblog makin tidak popular lagi adalah dua alasan yang membuatku jadi malas menulis. Sebetulnya, dengan sering kita ngeblog seni bercerita lewat tulisan terasah. Lebih positif dan berguna kan. Kita dapat mengasah, melancarkan dan memperbaiki cara dalam menulis. Tapi ya mau bagaimana lagi, medsos sekarang ganti-ganti trend-nya.
Oke-oke... Mumpung sekarang buka blog, yuk.., kita ngeblog lagi.

Alhamdulillah sudah setahun lebih aku berjilbab. Terlambat ya? Iya! Tapi gak papa daripada enggak sama sekali (klise ya!). Keputusan berjilbab kuambil dengan kesadaranku sendiri. Tidak ada yang memaksa, tidak ada orang yang menyuruh.
Aku termasuk paling belakangan berhijab dalam keluarga intiku. Ibu (sudah alm.), bapak, kakak, adik atau saudaraku tidak ada yang menegurku, aku belum berhijab waktu itu. Bukannya mereka tidak peduli, tetapi mereka membiarkan aku dengan kesadaranku sendiri mengenakan hijab. Yang penting bagi mereka aku tidak meninggalkan sholat, puasa Ramadan dan berperilaku baik.
Lama aku tidak tergerak untuk berhijab dan aku masih getol mencari-cari, wajib enggak sih, wanita muslim berhijab? Sering juga aku sharing sama teman, kadang-kadang adu argumen sama mereka tentang hijab ini. “Walau aku tidak berhijab, toh pakaian keseharianku sopan, tidak minimalis seperti pakaian yang kekurangan bahan. Sopan dan tetap tertutup, hanya saja kepalaku yang tidak ditutupi”. Begitu kataku pada mereka. Jadi… Apa salahnya kalau aku tidak berhijab? Itu pemikiranku saat itu.

Waktu terus berganti.., pada suatu ketika entah sentilan atau pikiranku sedang “baik” tiba-tiba aku ingat segala kejadian masa laluku. Untuk apa aku takut pada orang yang tidak suka wanita berhijab? Untuk apa aku kuatir dengan kehidupanku? Untuk apa aku takut enggak keren karena penampilanku, dsb.
Orang gak akan bisa menolong kita dikehidupan kelak. Sandaran utama kita di dunia ini kan cuma Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa.
Sudah sampai disitu pikiran sehatku bicara. Aku belum juga memutuskan berhijab, masih menunda, kali ini sudah gak banyak ngeyel masalah kenapa wanita muslim kudu berhijab. Aku sudah bisa menerimanya, hanya saja belum pakai.

Sebetulnya sudah setahun sebelumnya aku sudah tergerak untuk berhijab, tetapi kutunda hanya untuk memastikan kebulatan niatku itu. Bener nih sudah siap? Nanti bagaimana dengan keseharianku, harus bagaimana dan bagaimana? Serta tetek bengek lainnya yang selalu buat aku menunda dan menunda. Sampai disitu.., dan aku tetap menunggu momen tepatku.
Di waktu lain, kemudian ada seorang teman baikku, dia belum berhijab dan belum kepingin, katanya. Suatu ketika saat dia mengalami sakit kanker, kemudian dia memutuskan untuk berhijab. Belum sampai setahun dia berhijab akhirnya dia dipanggil yang Maha Kuasa. Innalillahi wainailahi roji’un. Titik.

Aku berdoa, semoga ajalku belum tiba ketika aku belum berhijab. “Beri aku waktu ya Allah… Agar aku dapat menunaikan perintahMu”. Kira-kira begitu doaku saat itu.
Menunggu momen yang pas untuk berhijab (saat aku ulang tahun dan bertepatan dengan momen Idul Fitri).
Jujur saja, sebetulnya aku was-was menunggu waktu yang kuinginkan itu. Takut umurku gak sampai dan aku belum berhijab. Aku masih ngeyel menunggu waktu yang kuinginkan.
Dan Alhamdulillah, Allah mendengar doaku. Waktu yang kutunggu tiba, aku diberi kesehatan dan kesempatan menunaikan niatku, berhijab di tanggal ulang tahunku dan dalam suasana Idul Fitri. Alhamdulillah… 

Oya, hijab yang kupilihpun "modern" bukan berarti suka-suka juga. Yang penting pakaian tersebut tidak ketat, tidak transparan. Kerudung yang kupilih yang biasa. Enggak yang panjang menjuntai, lebar gede. Simple-simple aja. Jadi, jangan ada yang ngomongin ini itu atas keputusan pilihan hijabku ini. Oke...

Terima kasih ya Allah atas kesempatan ini dan tolong beri aku waktu lagi untuk membenahi kekurangan yang ada dalam keseharianku agar aku selalu berjalan dijalanMU. Aamiin YRA…