Kamis, Juli 24, 2008

Mbo' Antri To, Pak...!!

Sengaja pagi itu aku berangkat lebih awal ke kantor. Karena sudah berencana mampir ke bank dulu, aku sms teman untuk ijin terlambat masuk kantor.
Jam menunjukkan pukul 07.50 wib ketika aku sampai di bank. Ternyata bank belum buka. Aku menunggu diluar dengan nasabah lainnya, didalam aku melihat pegawai bank sedang sibuk mempersiapkan diri. Tiba2 datang seorang bapak yang usianya kira-kira 60-65 an tahun dan kemudian agak sedikit memaksa kepada petugas Satpam yang sedang berjaga disitu untuk masuk ke dalam. Alasannya mau menulis slip dulu, supaya nanti tidak kelamaan antrinya. Tapi Satpam menolak dengan halus karena memang belum waktunya.
Jam menunjukkan pk. 07.58 wib, pintu bank di buka. Langkah kakiku pertama masuk kemudian disusul yang lainnya. Bapak yang tadi langsung menyerobot masuk dengan langkah seribu khas bapak-bapak yang mulai uzur tanpa menghiraukan pita antrian yang sudah dipasang didepan teller. Dia berjalan di luar pita tersebut dan langsung ambil posisi paling depan, padahal sudah jelas aku mendapat antrian paling depan daripada dia. Bapak ini ga mau antri gumamku! Dengan santai dia tersenyum melihatku, tanpa kuhiraukan usahanya untuk ramah terhadapku, aku langsung membuang pandangan ketempat lainnya. Jujur…, saat itu aku merasa keki melihat kelakuannya itu. Didepan tadi dia berusaha masuk sebelum pintu bank dibuka dengan alasan mau menulis slip terlebih dulu, tetapi setelah masuk dia langsung ngeloyor tanpa menulis slip terlebih dulu, karena kulihat dia sudah membawa slip yang sudah ada tulisannya. Berarti dia sudah menyiapkannya dari rumah, pikirku. Lalu, untuk apa dia tadi berusaha menerobos masuk sebelum pintu bank dibuka? Pakai acara berbohong segala sama pak Satpam. Huuh… dasar ga punya etika antri..! protesku keras dalam hati.


Apa susahnya sih menerapkan budaya antri…? Bukankah kalo kita antri semuanya jadi lebih lancar dan lebih cepat. Kalo ga mau dapat antrian yang belakang, datang donk lebih awal. Jangan mau enaknya aja. Datang belakangan tapi maunya dilayani duluan. Bisa2 digebukin orang se RT kalo gitu.

Biasakan antri….
Budaya antri kan baik. Bagaimana tidak, satu tindakan kita bisa menerapkan beberapa hal disini, kita bisa belajar disiplin, sabar, menghargai orang dan waktu.
Jadi, mulailah hari ini kita tertibkan diri, mulai dari diri kita dulu. Setuju…..??

Rabu, Juli 23, 2008

Ketika Allah berkata TIDAK


Saat Aku meminta : Ya Allah, ambillah kesombonganku dariku…
Allah berkata : “Tidak. Bukan AKU yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya!”

Saat Aku meminta : Ya Allah, berikan aku kesabaran…
Allah berkata : “Tidak. Kesabaran diperoleh dari ketabahan dalam menghadapi cobaan. AKU tidak memberikan kesabaran, tapi engkau harus meraihnya sendiri!”

Saat Aku meminta : Ya Allah, berilah aku kebahagiaan…
Allah berkata : “Tidak. AKU memberi keberkahan dan hikmah, sedangkan kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri!”

Saat Aku meminta : Ya Allah, jauhkan aku dari kesusahan…
Allah berkata : “Tidak. Penderitaan akan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu padaKU!”

Saat Aku meminta : Ya Allah, beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat…
Allah berkata : “Tidak. AKU beri kau akal dan kalbu serta Al-Qur’an, supaya kau dapat menikmati kehidupan!”

Ada lagi.... (tambahan)
Akan jauh lebih baik, bila menemukan kebenaran dari hasil pemikiran sendiri daripada menerima suatu kebenaran dari orang lain ( I hear I forget, I see I know, I do I understand ).

Kamis, Juli 17, 2008

Emang Jakarta Ada Dimana?

Artikel yang sangat menarik perhatian, terlebih karena aku baru pulang dari Jakarta beberapa hari yang lalu. Aku jadi teringat kejadian di Jakarta waktu itu, ketika ada seorang ibu dan temannya sedang mengobrol asyik dalam perjalanan mereka ke kantor. Ibu yang memakai seragam PNS dengan logat Bataknya yang khas bercerita kepada teman disebelahnya, “ iya saudara suamiku baru datang dari Jawa kemarin siang. Katanya sih dia mau di sini selama seminggu untuk urusan pekerjaan dan….bla bla bla…”. Setelah kudengar, kuamati, dan kuperhatikan pembicaraan mereka, ternyata si saudara yang baru datang dari Jawa itu berdomisili di Surabaya. Oh alaah..., bilang dari Surabaya kenapa, koq bilang dari Jawa. Walaupun Surabaya berada di pulau Jawa juga (Jawa Timur-red).

Setelah itu aku bertemu dengan teman2 di sana, merekapun menanyakan hal serupa : kapan datang dari Jawa, Lel? Pertanyan-pertanyaan yang sering menggelitik pikiranku, pertanyaan yang salah kaprah ini!! “kapan datang dari Jawa atau kapan pulang ke Jawa”. Lho, memang Jakarta ini bukan di pulau Jawa apa? kataku di dalam hati setiap orang menanyakan hal itu kepadaku.
Begitupun waktu aku tinggal di Sumedang Jawa Barat beberapa tahun silam, mereka selalu menanyakan hal seperti itu.

Karena aku orang Jawa (suku Jawa) boleh donk turut mempublikasikan artikel dari mbak Lisa F ini ke dalam blogku supaya orang yang sering menanyakan tentang kapan pulang ke Jawa atau kapan baru datang dari Jawa secara perlahan tapi pasti dapat memahami salah kaprah yang selama ini terjadi.
Di bawah ini artikelnya :

Jakarta Bukan Jawa (?) - by : Lisa F
“Cha, kapan pulang ke Jawa?”
Sudah beberapa kali saya mendengar pertanyaan ini. Dan itu seringkali diungkapkan oleh mereka yang sepanjang hidupnya tinggal di Jakarta, baik Betawi maupun bukan. Lah, emangnya Jakarta bukannya ada di Jawa ya? Saya yakin, banyak diantara Anda juga sering mendengar atau ditanya seperti itu. Hmmm, kenapa begitu ya?
Saya lalu iseng melakukan penelusuran di dunia maya tentang hal ini. Dan menemukan beberapa hal berbau primordialisme yang masih terpelihara. Saya rangkum cuplikannya di sini:

-Menurut gue sebutan itu sudah ada sejak lama, paling tidak sejak kite mulai dijajah belanda. Karena di jakarta ada yang namanya kampung jawa tempat bermukim orang-orang yang berasal dari jawa tengah or timur, kampung makasar, tempat bermukimnya orang yang berasal dari makasar atau kampung arab, tempat bermukimnya keturunan arab. Mungkin pada jaman belande tersebut, jawa kalo orang betawi ditanya ama orang belande tentang keberadaan pak Bagong, mereka akan menjawab pa Bagong sedang pulang ke jawa. Karena bagi orang betawi, jakarta berada di tanah betawi. (oleh Media)

-ginie yee bank…….Jakarta itu merupakan satu propinsi tersendiri.
dia ngak di jawa timur, jawa barat, jawa tengah atw jawa yang lainnya……..
makanya kalo mo ke jawa, ya dia bilang mo kejawa….ok (oleh wayanbpkh)

-Istilah Pulau Jawa itu baru ada di era modern. Dulu di pulau Jawa yang kita kenal saat ini ada Banten, Jakarta, JaBar, Jateng, Jogya dan Jatim itu dikenal dulunya tanah untuk orang Sunda, orang Jawa, orang Madura, dll. Orang Sunda, orang Banten, orang Betawi tidak mau disebut Jawa. Sampai kini mereka bilang kalau ke Jateng/Jatim nyebutnya ke Jawa (oleh Sanko)

-kalau ditinjau dari ilmu geografi, maka pulau yang di atasnya terletak jakarta, jawa barat, jawa tengah, jogya dan jawa timur… disebut pulau JAWA. kalau dilihat dari sisi kultural, maka sunda tidak bisa disebut jawa, jogya tidak bisa dibilang sunda, jakarta tidak bisa dikatakan jawa. (oleh: Lan Tung)

-Karena Jawa adalah nama suku, selain nama pulau. Di Pulau Jawa ada banyak suku, di antaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dll. Sedangkan Kalimantan adalah nama pulau, jika ditanya “Orang Kalimantan?” Sudah pasti maksudnya apakah berasal dari Pulau Kalimantan atau bukan, sedangkan pertanyaan “Orang Jawa?” dapat berarti apakah orang Suku Jawa atau tinggal di Pulau Jawa. Bagi penduduk Pulau Jawa, pertanyaan seperti itu cenderung ke arah suku. (oleh eddyg30)

Dari beberapa komentar di atas, menunjukkan kesukuan hingga saat ini masih juga menjadi penanda identitas yang cukup kental. Sehingga, pertanyaan yang bersifat kesukuan itu yang seringkali muncul. Lucunya sih, kalau yang ditanya orang Medan, kebanyakan yang dilontarkan adalah kota Medan, bukan “Kapan pulang ke Batak?”.
Buat saya, pertanyaan salah kaprah itu mestinya sudah tidak lagi. Ini juga menjadi persoalan bahasa yang mestinya diperbaiki. Pertanyaan yang mengandung kata “pulang ke…” mestinya dijawab secara geografis. Jika demikian, memang salah kaprah kalau Jakarta tidak dibilang Jawa. Jakarta adalah bagian Jawa. Meski budaya aseli Jakarta (baca: Betawi) berbeda dengan budaya Jawa, tapi pertanyaan di awal tulisan ini bukan dalam rangka membedakan budaya bukan?

Rabu, Juli 16, 2008

Gara-Gara SMS

Kemajuan teknologi SMS, termasuk e-mail memberi arti yang sangat penting dalam kehidupan komunikasi kita. Sarana murah yang disukai banyak orang ini juga bisa sangat berguna dalam menjalin hubungan dengan teman, keluarga, kekasih, kolega, etc.

Tetapi bagiku gara2 sms yang kukirim dicuekin sama penerimanya ini yang bikin aku keki bin kesal setengah mati. Bagaimana tidak sms yang kita kirim kan selalu mengharapkan jawaban atau balasan. Tetapi apa yang terjadi sudah berhari2 bahkan lewat seminggu sms tidak kunjung ada jawabannya juga. Mencoba untuk menelpon sudah, tetapi tidak diterima. Ntah orangnya sedang sibuk apa sehingga untuk menerima teleponpun ga punya waktu. Kalo sudah begini aku langsung mengambil kesimpulan bahwa orang yang kukirimi sms atau kutelepon itu termasuk orang yang cuek, ga mau tahu perasaan kita yang sedang menunggu jawaban. (kurang bisa menghargai orang lain-red)

Karena sms inilah aku sering "berantem" sama temanku. Bahkan hingga saat ini ada teman yang begitu teganya membiarkan semua itu menguap dengan percuma. Tanpa beban tanpa perasaan bersalah bahkan tega berbohong. Terlalu banyak alasan yang kuterima karena kealpaannya membalas, bahkan sampai mengemukakan alasan sedang tidak punya pulsa segala. Alasan seperti ini sering kudengar tetapi yang jadi soal temanku ini sangat tidak mungkin sampai kehabisan pulsa. Karena aku tahu dia paling tidak bisa kalo hp-nya tidak berpulsa.
Akhirnya kubiarkan saja tanpa aku harus marah lagi. Capek sudah...!!

Sebetulnya aku sudah terlalu sering memaklumi bila terjadi hal demikian, tetapi karena terlalu sering jadi aku bosan sendiri dan akhirnya aku berlapang dada untuk menerima perlakuan teman yang berbuat seperti itu. Mungkin dia ga bermaksud seperti apa yang kupikirkan, tetapi aku yang mungkin terlampau perasa karena ini.
Makanya manfaatkanlah teknologi ini dengan bijak dan jangan terlalu berburuk sangka dulu karena sms/e-mail ga dibalas. Berpikiran jernih itu lebih baik

Senin, Juli 14, 2008

Aku Pulang

Akhirnya aku pulang juga ke Jogja setelah empat hari di Jakarta.
Ahh... kangen sekali aku sama kota ini. Ga salah donk pagi2 tadi aku stel Jogjakarta-nya KLA Project. Rasanya ga pernah bosan aku dengerin lagu itu. Selalu membawa kehangatan dan kerinduan akan kota tercinta ini.

Tiba di kantor langsung online internet, cek e-mail dan .... ahaii udah lama aku ga buka blogku.
Kuisi blog ini walaupun cuma sedikit. Ada sih cerita yang aku punya, tapi masih dalam proses. Ntar aja kalo udah mood aku selesaikan tulisanku dan kupublikasikan ke dalam blogku ini. Tunggu aja, moga2 aku ga malas menuangkan inspirasi ke dalam tulisan sederhanaku

Rabu, Juli 09, 2008

Tunggu Aku

Tunggu aku yaa (on duty ke Jakarta). See you ....

Selasa, Juli 08, 2008

Kucing Garong

Kalo animasi yang ini gimana...? Ini baru namanya kucing garong.
Emang cuma orang yang bisa goyang trio macan. Gue juga bisa. Tarik maaass... sampe pagi
Animated Pictures Myspace Comments
MyNiceSpace.com

Senin, Juli 07, 2008

Life Begin at 40

Sudah menjadi kebiasaanku bangun pagi dan kuusahakan selalu bangun sebelum matahari terbit. Ku cek hpku ternyata ada 2 sms yang masuk tengah malam tadi. Dua-duanya dari temanku. Sebelumnya, tepatnya jam 22.21 wib Joe sudah lebih dulu mengirim sms ultah buatku. Datang lebih awal, ga pa2 Joe. Mungkin kamu sudah sangat mengantuk menunggu jam 24.00 yaa.
Kubalas sms mereka dan kuucapkan terima kasih atas perhatian mereka terhadap hari specialku.
Pagipun beranjak mulai terang. Ibu dan bapakku menelpon untuk mengucapkan selamat ultah, kemudian menyusul sms/telp dari adik dan kakakku, iparku, saudaraku, teman2 kantorku (aduuh seperti ngabsen murid di kelas ya!) dan telepon dari teman jauhku yang juga mengucapkan hal yang sama. Terima kasih untuk semua doa dan ucapan yang sudah datang kepadaku, semoga Tuhan membalas budi baik kalian semua. Amien...

Seiring dengan semakin terangnya matahari bersinar, akupun mulai menyiapkan diri untuk ke kantor. Ehh.... ada lagunya d'Masiv di radio. Kudengar lagunya, kuresapi syairnya. Itu lho lagu yang judulnya Cinta Ini Membunuhku. Lagunya bagus, syairnya mengena. Terlebih bagian reff.nya aku paling suka : "Kau hancurkan aku dengan sikapmu, tak sadarkah kau telah menyakitiku. Lelah hati ini meyakinkanmu, Cinta ini..., Membunuhku". Halaah...!! Apa2an aku ini. Pagi2 udah terlena dengan syair lagu cinta. Hehehe... dasar emak-emak selera musiknya masih ABG.

Dan akhirnya akupun tiba di kantor juga. Joe telpon, dia mulai ngeledekin aku. Ngeledeknya sih sambil b'canda. Dia selalu nanyain apa aku masih gendut? Aku bilang aku udah turun BB 3,5 kg. Dia ga percaya. Ya udah, lebih baik dia ga usah percaya daripada aku harus mati2an buat dia percaya. Capek dueeh...!! Yang penting aku ga gaptek kan Joe?! Hihihi..., sorry bro! Aku masih banyak kekurangannya. Tapi lumayanlah untuk tingkatan emak-emak macam aku gini masih oke diajak browsing internet atau diajak ngomongin hal2 lainnya. Apalagi masalah gosip tv atau teman. Huush..!! Ga boleh ngomongin orang. Hehehe...
Satu lagi Joe, yang penting dalam hidup ini kita bisa down to earth
Happy Birthday Myspace Comments
MyNiceSpace.com

Jumat, Juli 04, 2008

Kesadaran Hidup

Seperti diingatkan oleh Tuhan, tiba2 aku membaca 2 artikel di bawah ini di Kompas.Com 4 Juli 2008 dan satunya lagi beberapa hari yang lalu.
Aku sadar sebagai manusia sering kali khilaf dalam menyikapi hidup yang memang sudah berat ini. Tetapi tidak elegan rasanya kalo kita selalu menuntut dan menuntut tanpa kita bertindak yang lebih arif dan bijaksana. Alangkah baiknya aku lebih membumikan diri daripada terus melihat keatas tanpa kita sadar bahwa masih banyak orang yang lebih susah dibandingkan kita. Atau kita bisa melihat Pak Sugeng, walaupun dia sebagai seorang PNS dengan kehidupannya yang sudah mencukupi tetapi dia lebih memilih berpola hidup sederhana untuk menyiasati kebutuhan hidup yang semakin tinggi ini.
Beruntung aku menyadarinya lebih awal sehingga aku bisa memperbaiki diri lebih cepat. Terima kasih Tuhan, You are the best God I can get.

Jafar, Berharap Rezeki dari Tetesan Air Aren

By : Ing
PANASNYA terik matahari siang, tak membuat langkah Jafar (30) surut. Apalagi, dilihatnya ratusan orang tengah melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Bagi Jafar, di tengah teriknya panas, ratusan orang itu menjanjikan rezeki lebih baginya.

Jafar adalah seorang penjual es aren. Es, yang mungkin jarang kita temui. Tak seperti es doger, es campur ataupun es dawet yang bisa dijumpai di banyak tempat. Modal Jafar hanyalah air aren yang ditempatkannya pada dua batang lodhong (bambu besar). Selain itu, ada dua batang bambu lainnya, untuk menempatkan gelas. Empat batang bambu itu, disatukannya dengan sebuah batang bambu yang berukuran kecil. Membawanya? Dipanggul!

Tak lelahkah Jafar memanggulnya? "Namanya cari rezeki, ya enggak boleh lelah. Kalo panas gini, capek juga sih. Batangnya aja udah berat. Apalagi kalau ada isinya, tambah berat lagi," kata Jafar.

Air Aren, cerita Jafar, hasil dari pengolahan buah Aren. "Itu loh, dari pohon kolang-kaling. Ngolah-nya gimana, saya juga enggak tahu. Saya tiap hari ngambil di pembuatnya di Rangkas Bitung. Kebetulan, saya juga tinggal di daerah itu," ujarnya.

Setiap hari, Jafar membeli air aren dengan modal Rp 30 ribu rupiah. Satu gelas es aren ia jual dengan Rp 2000. Keputusan Jafar memilih berjualan di Jakarta, karena menurutnya di ibu kota jarang dijumpai penjual es aren.

"Banyak yang penasaran, kalau saya bawa-bawa ini. Seperti Mbak jugakan? Haha...Ya lumayan rezekinya. Orang nanya, jual apa Bang. Saya bilang es aren, jadi pada mau ngerasain," ujar mantan buruh pabrik ini.

Dalam sehari, Jafar bisa menjual hampir 30 gelas es aren. Baginya penghasilan yang didapatnya cukup untuk membiayai hidup kedua orangtuanya. "Enggak seberapa, tapi enggak apa-apalah. Masih bisa bantu orang tua. Tapi kalau buat nikah, saya belum berani dengan penghasilan segini. Kerja di pabrik dulu lumayan dapetnya (gaji), tapi di-PHK. Biarlah, sekarang gini yang penting halal," katanya sambil tersenyum.

Biasanya, pukul 4 pagi Jafar sudah meninggalkan Rangkas Bitung, menggunakan KRL menuju ke Stasiun Tanah Abang. Dari Tanah Abang, ia pun berjalan menyusuri Jakarta, berharap kucuran rezeki dari tetesan air aren yang dipanggulnya.

Penasaran? Semoga Anda menemukannya di belantara Jakarta. "Saya muternya kemana-mana. Enggak tentu. Kadang di Blok M, kadang di Senayan, tapi kalo ada aksi saya pasti nguber, banyak yang beli," ujar Jafar.

Kenaikan BBM, Coba Bayangkan?
By : Sugeng Pamilu K - Tangerang
Saya adalah seorang pegawai negeri sipil di sebuah Departemen (yang kata orang basah), tinggal di Tangerang dan kantor saya di daerah Jakarta Selatan. Hampir setiap hari ke kantor naik sepeda motor, meski dirumah ada mobil. Waktu ditanya teman kenapa pakai motor dan saya jawab dengan alasan nasinalisme, hampir semuanya tertawa. Seakan-akan kata nasionalisme, sudah menjadi barang yang lucu saat ini. Karena saya berfikir, kalo saya memakai mobil ke kantor, tiap hari saya membutuhkan bensin premium 10 liter, karena rumah saya jauh dan jalur macet. Sedangkan kalo menggunakan sepeda motor, saya membutuhkan hanya 1 liter bensin premium. Berapa dana subsidi yang saya hemat?

Seperti yang kita ketahui bersama, bensin premium masih disubsidi pemerintah. Anggap saja, tiap liter bensin premium disubsidi pemerintah Rp. 1.000,-, berarti saya menghemat Rp. 9.000,- sehari, sebulan (22 hari kerja) = Rp. 9.000,- X 22 = Rp. 198.000,-. Setahun = 12 X Rp. 198.000,- = Rp. 2.376.000,-.

Bayangkan jika dilakukan seribu orang, sejuta dan seterusnya tinggal dikalikan saja. Angka subsidi Rp. 1.000,- per liter, saya mengacu kepada harga premium di Malaysia yang sekitar Rp. 7.500,-. Dan perlu diingat pula, bahwa subsidi yang kita nikmati bukan cuma dari BBM saja, dari listrik juga. Dari angka-angka diatas, subsidi yang diterima oleh pengguna mobil yang memakai premium sebulan, dengan kebutuhan premium sebanyak 5 liter sehari = 5 X Rp. 1.000,- X 30 hari = Rp. 150.000,-, yang berarti lebih besar dari Bantuan Langsung Tunai yang diterima kaum Dhuafa negeri ini, sambil desak-desakkan kepanasan di depan kantor pos. Coba pembaca bayangkan? Sedangkan pemakai mobil, memanfaatkan subsidi dengan pakaian rapi, mobil yang ber ac, wangi dan seterusnya.

Saya juga ngak yakin apakah para pendemo kenaikan harga BBM itu tidak memanfaatkan subsidi BBM tersebut. Sekali lagi, bukannya saya mendukung kenaikan BBM atau tidak. Manusiawi kalau kita ingin harga-harga kebutuhan kita murah dan terjangkau. Tapi kalau harga minyak dunia juga tinggi, dan kita bukanlah negara pengekspor minyak bahkan pengimpor BBM, realitas itu harus kita hadapi dengan bijaksana. Kalau kita memaksa untuk meningkatkan produksi minyak demi konsumsi kita, apa yang kita tinggalkan buat generasi mendatang? Ingat minyak bukanlah sumber daya alam yang dapat diperbaharui!!

Sekarang ini, banyak para pemakai kendaraan yang dulunya menggunakan Pertamax (yang harganya tidak disubsidi), sekarang ikut-ikutan menggunakan premium (yang harganya masih disubsidi). Kalau kita berpendapat bahwa memakai premium kan tidak dilarang? Itu memang benar. Salah pemerintah tidak dapat mengatur pembatasan pembelian premium untuk kendaraan pribadi? Benar pemerintah kita tidak mampu mengaturnya. Pemerintah belum dapat menyediakan angkutan umum yang bersih, lancar dan aman? Hal ini memang benar juga Tapi yang perlu diketahui dan diingat saya mencintai negara ini dan masa depannya. Dan saya harap kita semua mencintai negara ini dan masa depannya. Jangan memanfaatkan ketidak mampuan pemerintah kita sebagai alasan mengerogotinya melalui subsidi.

Bayangkan, mengatur pemakaian BBM untuk kendaraan di dalam negeri saja pemerintah kita tidak mampu, bayangkan jika harga BBM di negara kita jauh dibawah harga di negara sekitar. Akibatnya penyelundupan BBM akan meningkat pesat, dan pemerintah kita pasti kewalahan (tidak mampu) untuk mengatasinya. Untuk adilnya, bandingkan antara Pajak Penghasilan yang kita bayar dengan subsidi yang kita (keluarga kita) nikmati. Kalau masih lebih besar pajak penghasilan, saya sebagai Warga Negara Indonesia mengucapkan terima kasih. Seperti yang kita ketahui bahwa 70% Penerimaan negara kita berasal dari pajak. Sedangkan pengeluaran untuk subsidi baik untuk BBM dan Listrik, merupakan hampir 30% pengeluaran negara kita. Saya perbandingkan pajak penghasilan, karena jenis pajak inilah sumbangsih kita pada negara tercinta sebenaranya, sedangkan jenis pajak lainnya merupakan imbalan atas konsumsi kita saja.

Pantaskah kita menuntut pemerintah memberikan subsidi lebih, jika kita masih mengerogotinya lewat pemakaian BBM dan listrik yang bersubsidi dengan boros?

Bandingkan dengan negara-negara di Skandinavia, disana Pajak Penghasilan untuk orang pribadi bisa mencapai 60%, dengan fasilitas biaya pendidikan dan kesehatan gratis, dan harga BBM dan Listrik tidak disubsidi. Sedangkan di Indonesia, pajak penghasilan besarnya, paling tinggi hanya sampai 35% (dan rencananya akan diturunkan), dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan sebagian gratis, dan harga BBM dan Listrik masih disubsidi.

Memang ini bukan perbandingan yang sempurna, tapi setidaknya menggambarkan upaya yang telah dilakukan pemerintah.

Terakhir saya hanya bisa berpesan, hadapilah realita (kita adalah Warga Negara Indonesia atau hidup di Indonesia, harga Minyak dunia melonjak tinggi) dengan bijaksana, jangan memanfaatkan ketidak mampuan pemerintah kita, tetap kritisi pemerintah kita agar menjadi lebih baik dan bayarlah pajak dengan benar. Dan Katakan bahwa aku mencintai negeri ini!!!!!

Selasa, Juli 01, 2008

Juli Ceriaa...!!

Begitulah harapanku diawal bulan ini, keceriaan yang kugapai.

Uneg2 Wong Cilik (ini bukan sponsor dari salah satu partai. Betul2 murni curhat pribadi)

Lanjutan judul yang diatas, tetapi apa yang terjadi sejak 2 hari yang lalu televisi sudah mendengung2kan harga gas Elpiji 12 kg bakal dinaikkan tepat tanggal 1 Juli ini. Duh..!! Apalagi yang akan dinaikkan berikutnya setelah BBM, Elpiji? Akankah tarif telepon, listrik, air akan menyusul naik juga?
Belum usai rasanya kami menanggung beban berat biaya kemahalan hidup, kini sudah terbebani kenaikkan yang lain.

Lagi, kenaikan disektor pajak. Kali ini pajak PBB rumahku mengalami kenaikan sekitar 60,5%. Wah, otak orang yang menaikkan pajak PBB itu sadar tidak kalo itu memberatkan masyarakat?! Padahal bangunan rumah yang kami tempati sudah lama, kenapa tidak turun tetapi malah naik? Apa sih kontribusi negara buat kami orang2 swasta? Kami kerja cari sendiri (sulit lagi), makan juga cari sendiri, fasilitas umum pun rata2 bayar!! Sampai buang air di tempat umum pun harus bayar.

Pernah tidak merasa sewot ketika kita parkir sebentar saja atau makan dipinggir jalan dan bisa melihat sekaligus mengawasi kendaraan kita, tiba2 tukang parkir menghampiri dan meminta uang parkir. Atau foto copy selembar dua lembar harus membayar biaya parkir lebih mahal dari harga foto copy-annya. Sudah begitu bila terjadi kerusakan atau kehilangan pihak pengelola parkiran tidak mau menanggung resikonya. Mereka cuma mau uangnya saja tanpa mau bertanggung jawab. Padahal kami sudah membayar uang parkir dan pajak.
Ada lagi ketika diminta karcis parkir mereka tidak punya, berarti parkir liar donk. Mau melawan sepertinya buang tenaga saja karena pasti mereka akan memaki2 dengan segala umpatan yang menyakitkan. Ya sudah akhirnya mengalah saja daripada ribut. Tetapi koq tidak ada penertiban parkir2 liar seperti itu yaa?? Aparat penertibannya pada kemana?
Atau ini salah satu gambaran sulitnya mencari pekerjaan di negeri tercinta ini. Sehingga yang seharusnya bebas dari pungutan liar dijadikan ajang mencari uang. kalo sudah seperti ini akhirnya cuma bisa ikhlas saja memberi, anggap saja beramal. (Titik !!)

By the way, pungutan pajak dimana2; bayar rek. listrik, telepon, belanja di super market, makan di restoran bahkan simpan uang di bank pun terkena pajak!! Kapan sih negeri ini (aparatnya) berhenti membuat rakyatnya sengsara?
Kalo saja kami ini digaji seperti orang2 di luar negeri sana, walaupun harga2 mahal tetapi kita masih bisa menjangkaunya. Tapi apa yang terjadi disini, digaji murah biaya hidup mencekik leher. Bagaimana rakyatnya bisa hidup dengan sejahtera kalo apa2nya serba mahal.
Gimana anak2 mau jadi pinter kalo biaya sekolah saja mahal. Apakah sekolah hanya milik anak2 dari keluarga mampu saja yang bisa sekolah tinggi? Terus bagaimana dengan anak2 dari golongan orang yang kurang/tidak mampu, apakah mereka hanya cukup sekolah sampai tingkat SD, SMP atau bahkan tidak bisa bersekolah sama sekali karena tidak mempunyai biaya? Ini tidak adil.
Rasanya negeri ini semakin jauh dari kemakmuran, semakin mundur dan semakin kacau.

Apa yang salah dari negeri ini, sistemnya kah atau pemerintahannya kah, atau orang2 yang semakin brutal dengan segala aksi2 demonya yang selalu mengatas namakan rakyat, padahal kami tidak merasakan apa2 dari segala perbuatan itu. Malah kami tidak bersimpati melihat aksi2 demo brutal tersebut. Atau aku yang salah menganalisa tentang negeri ini dengan segala yang terjadi? Maklum, pengamat amatiran. Kalopun ada salah2 mohon dikoreksi dan dimaafkan. Ini uneg2 pribadiku sebagai masyarakat awam & merasa tertindas dengan keadaan sekarang ini. Mahal mahal mahal dan kemahalan hidup yang kami rasakan saat ini. Hmm...