Kamis, Februari 25, 2010

It's Hard Work, But It's Worth It

Sebenarnya aku sudah memahami keadaan yang ada. Tetapi entah kenapa aku masih ngeyel untuk bisa dimengerti. Hei..? Ini negara demokrasi. Dimana setiap pendapat bebas untuk dikeluarkan. Tetapi bukan serta merta semua harus diumbar tanpa aturan kan..??
Begitupun aku dan “Kwikkwik”. Sama-sama punya ego dan kepentingan masing-masing. Tapi koq tidak gampang menyamakan persepsi dari dua kepala yang berbeda?
Aku mundur, dan harus memahami semua yang telah ada. Awalnya sulit menerimanya, lama-lama otakku yang beku mulai lumer dan aku mulai dapat berpikir jernih. Sempat kugetok kepalaku 2 kali, agar aku tidak pernah bermimpi yang aneh-aneh lagi. Kutarik rambutku, agar aku tahu aku sadar. Kutendang kaki-ku bergantian, agar aku tidak terlena. Kutarik napas dalam-dalam kemudian kuhembuskan perlahan-lahan. Sejenak pikiranku mulai “ON”, dan akhirnya aku menyadari, bahwa aku benar-benar sedang keliru. Lebih baik aku menyalahkan diri sendiri daripada menyalahkan orang lain. Lebih baik aku mengoreksi diri daripada harus mencari pembenaran dari hal yang ga jelas.

Hmm...,
Pasti yang membaca tulisanku ini bingung, aku menulis apa sih?? :D
Ga usah dimengerti, karena ini tulisan yang ada di kepalaku dan tidak ada kewajibanku untuk menjelaskan sejelas-jelasnya apa yang sedang berkecamuk di kepalaku.
Ini ego tulisanku. Aku tidak sedang berdagang ataupun berpromosi. Aku tidak sedang kejar setoran. Tapi aku sedang mengoreksi diri dan merenungi apa yang sedang terjadi.
Memang tidak gampang, tapi pekerjaan ini bermanfaat bagiku.
Hmmm...

Selasa, Februari 23, 2010

Titan

Thanks God. Masih dengan persoalan yang sama, Engkau memberiku orang yang baik untuk menguatkan jalan hidupku. Terima kasih Titan atas nasihat dan cerita yang kamu share ke aku. Tidak semua keburukanmu yang lalu akan menjadi buruk selamanya, tetapi kamu telah merubah kehidupanmu lebih baik lagi. Itu yang dapat kusimpulkan dari obrolan kita dan aku dapat memetik kebaikan dari pengalamanmu. Semoga kita bisa menjadi teman yang baik dalam kondisi apapun....

Senin, Februari 22, 2010

Pelatihan Yang Menjenuhkan

Seminggu yang lalu aku ikut pelatihan 3 hari di Kaliurang. Banyak hal yang kudapat termasuk teman baru yang rata-rata sudah berstatus menikah. Haah..!! Boring juga, karena aku belum termasuk di dalamnya. (salahku sendiri. hihihi...). Tapi tidak semuanya menjemukan koq, ada juga yang cuek dengan kondisiku alias tidak mempermasalahkan. Oke, kami jadi akrab dan kebetulan satu kamar denganku. Duduk berdampingan waktu pelatihan, makanpun satu meja. Singkat kata, kejenuhan mulai terobati.

Hari pertama, dimulai dengan pemateri dari suatu instansi pemerintah. Mengalir begitu saja tanpa enak didengarkan. Lurus kayak jalan tol bebas hambatan. Hari pertama selesai jam 21.30 WIB, istirahat dan aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku ingat kamarku yang di rumah, bantal dan guling yang berbau khas badanku tidak kutemui di hotel itu.
Akhirnya waktu subuh masuk, aku bangun dan menjalankan kewajibanku.

Hari kedua, pematerinya lumayan. Ga bikin boring. Dari 5 orang pemateri cuma 2 orang yang lumayan untuk disimak penyampaiannya. Cuma aku heran dengan peserta yang ikut pelatihan. Banyak yang sibuk utak-atik hp, ada yang sms an, fesbukan, dan telepon-teleponan. Bener-bener etikanya ga dipakai. Ga menghargai pemateri yang sedang menyampaikan bahan pelatihan. Belum lagi hp yang sebentar-sebentar bunyi. Koq ya ga di silent to?? Padahal pesertanya sebagian besar sudah sering ikut pelatihan seperti itu. Mestinya mereka paham donk, tata tertib begituan.

Hari ketiga, hari terakhir pelatihan. Ini yang kutunggu-tunggu. Pulang! Aku kangen rumah dan kamarku. Kangen bantal dan gulingku.

Sabtu, Februari 13, 2010

Saat Tuhan Menjadi Pihak Ketiga Cinta Kami

Hehehe… ini kisah lamaku waktu SMA dulu. Berbagi cerita sekaligus bernostalgia. Suit, suiiitt…!! Plok, plok, plok…!! (Norak banget kamu Lel !)

Cerita itu dimulai saat aku kelas tiga. Dia cowok yang duduk di kelas 3A3-1 sedangkan aku di kelas 3A3-4. Diawali oleh seorang teman yang menyampaikan kabar bahwa aku mendapat salam dari cowok tersebut. Kemudian berlanjut aku melirik ke dia, dan… eit! Cakep juga orangnya pikirku waktu itu. Aku tersenyum dan diapun tersenyum saat kami sama-sama beradu pandang. Ehem..! Malu plus berbunga-bunga. Hahaha.., gaya jatuh cinta tahun 80-an nih. Hihi…,
Setelah itu kami pun sering ngobrol lewat telepon sepulang dari sekolah. Dilanjut menulis surat yang kami alamatkan ke sekolah atau rumah. Sengaja kami lakukan hal itu karena kami sama-sama tidak mau ketahuan oleh teman-teman. Dirahasiakan! Top secret!
Seneng sih bisa bertukar cerita walau kami satu sekolah. Ada aja yang jadi bahan obrolan di telepon atau di surat. Malam minggu dia tidak pernah apel ke rumah, karena gaya pacaran kami memang beda.
Aku belum pernah main ke rumahnya, hanya seliwar seliwer di depan rumahnya aja kalo aku kangen ma dia. Dia-pun baru sekali main ke rumahku. Aku pernah jalan bareng ma dia satu kali selama kami dekat.
Sampai tiba waktunya ujian nasional, saat itulah mulai ada perasaanku bakal pisah ma dia. Tapi aku cuek saja, waktu yang tinggal sebentar itu kumanfaatkan sesering mungkin aku ngobrol ma dia (telepon, surat). Dan entah karena kebetulan atau karena faktor cinta kami, nomor ujian nasional kami berurutan. Aku nomor 200, dia nomor 201. Hihi… seneng banget bisa satu kelas dan duduk berdekatan ma dia. Padahal kursi yang kami duduki itu kursi panas. Kursi ujian nasional..!! Huuaaaa…, ngeri ma pengawasnya!

Selesai ujian kegiatan sekolah mulai berkurang. Tinggal tunggu hasil ujian dan penerimaan ijasah SMA. Lulus! Kemudian kami melanjutkan kuliah di kota yang berbeda. Aku ke Jogja, dia ke Bandung. Hubungan kami semakin ga jelas. Karena pada dasarnya diantara kami ada perbedaan yang besar. Apalagi kalo bukan masalah religi. Selain itu dia keturunan Cina sedangkan aku pribumi (asli) keturunan Jawa.
Secara pribadi aku tidak mempersoalkan faktor keturunan itu. Dia-pun dulu pernah bilang tidak juga mempersoalkan faktor keturunan kami yang berbeda. Tapi aku tidak tahu keluarganya mempersoalkan atau tidak bila tidak satu kaum dengan mereka? Konon sih, ada sebagian warga Tionghoa mewajibkan keluarga atau keturunannya harus menikah sesama kaum Cina-nya. Bahkan bergaulpun mereka satu “merk”, wajah oriental, kulit putih, mata sipit. Ga kayak aku bergaul ma siapa saja oke! Hehehe…
Tapi jangan salah juga, ada orang Cina yang mau bergabung ma kita-kita orang pribumi koq. Buktinya ada empat pria Cina yang mau sama aku. Hahaha…. Ge-er banget aku ya?

Kembali lagi ke cerita tadi.
Sebut saja nama dia Ming (bukan Kaisar Ming, lho!). Hubungan aku dan Ming berlanjut dengan surat-suratan. Setelah aku dan Ming pisah kota, Ming pernah menelponku di kampus, aku juga pernah menelponnya di kost dia. Ngobrolnya cepet-cepet takut pulsa habis banyak. Kan anak kuliahan, duitnya terbatas. Hihihi… Lucu sih, kami masih berkangen kangenan kayak waktu SMA dulu. Kami mulai berani bercerita tentang gebetan baru kami masing-masing. Dan kami tidak saling cemburu, karena kami sudah menyadari akan ganjalan yang ada diantara kami.
Waktu liburan aku pernah main ke Bandung. Dia jemput aku, dan kami jalan-jalan keliling kota Bandung. Bener-bener dia masih care ma aku dan tetap menjaga aku. Secuilpun dia tidak pernah berbuat kurang ajar terhadapku selama kita pacaran.

Perjalanan cinta “segitiga” antara aku, Ming dan Tuhan kami yang dikatakan sebagai sutradara adalah salah satu bagian dari kehidupan yang menimpa anak muda seperti kami saat itu dan pasangan muda-mudi lainnya. Kami yang masih muda, enerjik, penuh cita-cita, dan masih menjunjung pola pikir orang tua harus mengorbankan cinta kami demi menjaga dan memelihara adat istiadat, agama kami masing-masing. Kami tidak bisa berkompromi dalam satu hal yaitu “Agama”.
Tuhan mencintai aku dan Ming. Begitupun kami sebaliknya, mencintai DIA. Kami tidak bisa bersatu karena kami memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda.

Ahh… jadi ingat lagunya Afgan, Bukan Cinta Biasa. Cintaku bukanlah cinta biasa…, jika kamu yang memiliki…dst. Sayang aku tidak bisa mendampingi dia dalam kehidupan ini. Hanya diluar area saja ya Ming? Hehehe…
Kamu dimana sekarang Ming?

Kamis, Februari 11, 2010

Facebook (ada apa denganmu?)

Facebook lagi, facebook lagi. Seorang remaja putri dikabarkan telah diculik seorang pria yang baru dikenalnya lewat facebook. Begitu kabar di tv yang tersiar. Eh.., setelah ketemu dan diselidiki kasusnya ternyata merekalah yang mau sama mau melarikan diri.

Kenapa ya facebook koq jadi masalah lagi? Padahal situs jejaring sosial tersebut boleh dibilang berjasa pada banyak orang. Seperti aku, sudah menemukan kebaikannya mempertemukan aku dengan teman-teman lamaku. Ajang silaturahmi digelar alias copy darat berbalut reuni. Atau sekedar mendukung Si A yang mencari dukungan atas kasusnya, mencari simpati untuk pesohor B, atau membuat grup suatu band, komunitas, dll.
Tapi..., banyak juga yang menggunakan situs ini untuk hal-hal yang minus, seperti prostitusi secara online, kencan online atau mengecam seseorang, dsbnya.
Seperti mata pisau, facebook bisa bermanfaat bisa juga merugikan. Salah mempergunakan akan melukai diri kita sendiri, bila benar memakainya akan bermanfaat bagi kita.

Kalo kubanding-bandingkan aku lebih menyukai blog. Banyak manfaatnya dan sangat membantu aku lebih sering berkhayal untuk menulis. Eh..., maksudku aku lebih rajin mencari bahan untuk menulis. Padahal sih aku bukan penulis apalagi seorang pengarang. Tapi ga tau kenapa aku lebih suka blogging daripada facebook.

Membaca update status di facebook sering membuatku geli. Gimana tidak, terlalu banyak yang norak-norak. Tulisan yang ga penting di update. Ada yang terkesan sok sibuk, sok kaya, sok alim, sok....? Sok kampungan itu yang jelas! Hehehe....

Btw, ini udah sore banget nih. Dikantor udah sepi. Tapi aku lagi males pulang cepat. Kugunakan kesempatan ini untuk menulis di blog saja. Lumayanlah buat hiburan, ntar di rumah kesepian lagi, bengong lagi. Ga' ding.., aku nonton tv kalo di rumah!
Pastinya bikin hati seneng lah bisa nulis ini. Curhat lewat blog tanpa ada yang mengganggu.

Mau pulang dulu ahh..., sore semakin gelap. Ntar keburu hujan!

Jumat, Februari 05, 2010

A Bad Day

Kejadian hari ini membuat down semangat kerjaku. Ntah kenapa orang-orang yang kumintai tolong semua punya alasan untuk tidak bisa membantuku. Pertanyaan baik-baikku dijawab dengan nada ketus. Padahal ini urusan kerjaan, bukan urusan pribadiku. "mbulet" mbuh kenopo...?? Bahasa yang kupakai sudah halus & memakai kata-kata "tolong".
Duhh..., andai saja semuanya bisa kukerjakan sendiri tentu aku tidak akan merepotkan mereka.