Sabtu, Agustus 13, 2011

Mudik

Puasa baru berjalan setengah bulan. Tapi rencana mudik belum kupersiapkan. Yang tanya mau mudik sudah beberapa orang eh teman. Tapi dengan segenap hati kujawab pastilah mudik, tapi aku belum tau dengan siapa aku kesana atau naik apa? Biasanya aku mudik bareng adikku atau kakakku. Tapi tanda-tanda "angkutan" yang bisa kutebengi belum jelas, karena memang belum dibicarakan. Ahh... aku tidak terlalu ambil pusing mau mudik dengan siapa atau naik apa? Santai saja. Naik bus pun jadi seperti yang pernah kulakukan beberapa tahun yang lalu bersama adikku yang kecil.
Mudik lebaran adalah tradisi di keluarga kami. Mengapa dibilang tradisi? Karena orang tua kami tidak tinggal satu kota. Jadi wajiblah kami anak-anaknya mengunjungi mereka sekaligus bersilaturahim dengan keluarga lainnya. Sayang.., sudah dua tahun ini kami berlebaran tanpa ibu. Ibuku sudah tiada. Sungguh terasa berbeda, yang paling terasa tidak ada yang menyediakan makanan lebaran. Biasanya ibu sudah menyiapkan kue-kue kering, membuat cocktail kesukaanku atau membuat tapai ketan hitam dan beberapa makanan berat lain seperti opor ayam, sambal goreng ati, lontong/ketupat dan lain-lain. Pokoknya tinggal beres saat kita datang kesana ibu sudah menyediakan semuanya.

Ritual mudik saat aku kecil tidak begitu terasa karena masa kecilku kuhabiskan ditanah seberang nun jauh di sana. Lebaran dihabiskan berkunjung ke rumah teman-teman orang tuaku dan mereka saling berbalasan dalam mengunjungi. Lebih terasa lebaran sebenarnya, karena hingga satu minggu tamu masih berdatangan ke rumah untuk bersilaturahim.
Tapi entah kenapa lebaran sekarang jauh berbeda dengan masa lalu yang begitu indah dan terasa, menurutku. Lebaran sekarang hanya salam-salaman saat bertemu di jalan, atau dikumpulkan di musholah atau masjid untuk bersalam-salaman. Mungkin ambil praktisnya saja yaa? Jadi yang punya acara keluarga bisa segera melanjutkan acaranya. Begitupun saat aku pergi ketempat eyangku, suasananya sepi tidak seramai dulu. Yang mana sepupu-sepupuku berkumpul dan saling bertukar cerita saat bertemu. Mungkin...(mungkin lagi nih) karena saudara-saudarku sudah mempunyai urusan sendiri-sendiri (baca: berkeluarga-red!) jadi mereka ada yang tidak bisa pulang karena sesuatu hal, ada yang berlebaran dulu ditempat keluarga pasangannya dan baru bisa mudik pada hari kesekian untuk berlebaran di tempat leluhurnya.
Pada hakekatnya mudik adalah suatu tradisi yang terjadi di Indonesia pada saat lebaran. Makna yang terkandung sangat dalam, karena dengan mudik kita bisa bertemu dengan keluarga besar, saling bermaaf-maafan, bertukar cerita setelah satu tahun tidak berjumpa, nyekar ke makam orang tua, saudara dan leluhur serta melihat berkembangan kota atau desa yang mungkin saja tidak begitu jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dan dapat juga jelajah kuliner khas setempat atau berwisata ketempat rekreasi yang ada di dekat sana.

Semoga aku bisa mudik lagi di tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Aamiin....