Kamis, Juli 17, 2008

Emang Jakarta Ada Dimana?

Artikel yang sangat menarik perhatian, terlebih karena aku baru pulang dari Jakarta beberapa hari yang lalu. Aku jadi teringat kejadian di Jakarta waktu itu, ketika ada seorang ibu dan temannya sedang mengobrol asyik dalam perjalanan mereka ke kantor. Ibu yang memakai seragam PNS dengan logat Bataknya yang khas bercerita kepada teman disebelahnya, “ iya saudara suamiku baru datang dari Jawa kemarin siang. Katanya sih dia mau di sini selama seminggu untuk urusan pekerjaan dan….bla bla bla…”. Setelah kudengar, kuamati, dan kuperhatikan pembicaraan mereka, ternyata si saudara yang baru datang dari Jawa itu berdomisili di Surabaya. Oh alaah..., bilang dari Surabaya kenapa, koq bilang dari Jawa. Walaupun Surabaya berada di pulau Jawa juga (Jawa Timur-red).

Setelah itu aku bertemu dengan teman2 di sana, merekapun menanyakan hal serupa : kapan datang dari Jawa, Lel? Pertanyan-pertanyaan yang sering menggelitik pikiranku, pertanyaan yang salah kaprah ini!! “kapan datang dari Jawa atau kapan pulang ke Jawa”. Lho, memang Jakarta ini bukan di pulau Jawa apa? kataku di dalam hati setiap orang menanyakan hal itu kepadaku.
Begitupun waktu aku tinggal di Sumedang Jawa Barat beberapa tahun silam, mereka selalu menanyakan hal seperti itu.

Karena aku orang Jawa (suku Jawa) boleh donk turut mempublikasikan artikel dari mbak Lisa F ini ke dalam blogku supaya orang yang sering menanyakan tentang kapan pulang ke Jawa atau kapan baru datang dari Jawa secara perlahan tapi pasti dapat memahami salah kaprah yang selama ini terjadi.
Di bawah ini artikelnya :

Jakarta Bukan Jawa (?) - by : Lisa F
“Cha, kapan pulang ke Jawa?”
Sudah beberapa kali saya mendengar pertanyaan ini. Dan itu seringkali diungkapkan oleh mereka yang sepanjang hidupnya tinggal di Jakarta, baik Betawi maupun bukan. Lah, emangnya Jakarta bukannya ada di Jawa ya? Saya yakin, banyak diantara Anda juga sering mendengar atau ditanya seperti itu. Hmmm, kenapa begitu ya?
Saya lalu iseng melakukan penelusuran di dunia maya tentang hal ini. Dan menemukan beberapa hal berbau primordialisme yang masih terpelihara. Saya rangkum cuplikannya di sini:

-Menurut gue sebutan itu sudah ada sejak lama, paling tidak sejak kite mulai dijajah belanda. Karena di jakarta ada yang namanya kampung jawa tempat bermukim orang-orang yang berasal dari jawa tengah or timur, kampung makasar, tempat bermukimnya orang yang berasal dari makasar atau kampung arab, tempat bermukimnya keturunan arab. Mungkin pada jaman belande tersebut, jawa kalo orang betawi ditanya ama orang belande tentang keberadaan pak Bagong, mereka akan menjawab pa Bagong sedang pulang ke jawa. Karena bagi orang betawi, jakarta berada di tanah betawi. (oleh Media)

-ginie yee bank…….Jakarta itu merupakan satu propinsi tersendiri.
dia ngak di jawa timur, jawa barat, jawa tengah atw jawa yang lainnya……..
makanya kalo mo ke jawa, ya dia bilang mo kejawa….ok (oleh wayanbpkh)

-Istilah Pulau Jawa itu baru ada di era modern. Dulu di pulau Jawa yang kita kenal saat ini ada Banten, Jakarta, JaBar, Jateng, Jogya dan Jatim itu dikenal dulunya tanah untuk orang Sunda, orang Jawa, orang Madura, dll. Orang Sunda, orang Banten, orang Betawi tidak mau disebut Jawa. Sampai kini mereka bilang kalau ke Jateng/Jatim nyebutnya ke Jawa (oleh Sanko)

-kalau ditinjau dari ilmu geografi, maka pulau yang di atasnya terletak jakarta, jawa barat, jawa tengah, jogya dan jawa timur… disebut pulau JAWA. kalau dilihat dari sisi kultural, maka sunda tidak bisa disebut jawa, jogya tidak bisa dibilang sunda, jakarta tidak bisa dikatakan jawa. (oleh: Lan Tung)

-Karena Jawa adalah nama suku, selain nama pulau. Di Pulau Jawa ada banyak suku, di antaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dll. Sedangkan Kalimantan adalah nama pulau, jika ditanya “Orang Kalimantan?” Sudah pasti maksudnya apakah berasal dari Pulau Kalimantan atau bukan, sedangkan pertanyaan “Orang Jawa?” dapat berarti apakah orang Suku Jawa atau tinggal di Pulau Jawa. Bagi penduduk Pulau Jawa, pertanyaan seperti itu cenderung ke arah suku. (oleh eddyg30)

Dari beberapa komentar di atas, menunjukkan kesukuan hingga saat ini masih juga menjadi penanda identitas yang cukup kental. Sehingga, pertanyaan yang bersifat kesukuan itu yang seringkali muncul. Lucunya sih, kalau yang ditanya orang Medan, kebanyakan yang dilontarkan adalah kota Medan, bukan “Kapan pulang ke Batak?”.
Buat saya, pertanyaan salah kaprah itu mestinya sudah tidak lagi. Ini juga menjadi persoalan bahasa yang mestinya diperbaiki. Pertanyaan yang mengandung kata “pulang ke…” mestinya dijawab secara geografis. Jika demikian, memang salah kaprah kalau Jakarta tidak dibilang Jawa. Jakarta adalah bagian Jawa. Meski budaya aseli Jakarta (baca: Betawi) berbeda dengan budaya Jawa, tapi pertanyaan di awal tulisan ini bukan dalam rangka membedakan budaya bukan?