Jumat, Maret 19, 2010

Temanku

Bukan main! Bandara sekarang ini seperti terminal bus. Rame dan pengunjungnya dari berbagai kalangan. Kalo jaman dulu yang pergi memakai jasa pesawat hanya orang-orang tertentu dan dari kalangan menegah ke atas, sekarang hal itu sudah tidak berlaku. Bila dulu orang naik pesawat berpakaian rapi dan bersepatu, kalo sekarang tidak begitu. Ada yang cuma pakai sandal dan kaos oblong, ada pula yang tetap dengan pakaian rapinya. Semua boleh saja naik pesawat asalkan bayar dan tidak membawa barang-barang yang dilarang masuk pesawat.
Hari itu Sabtu sore, aku dan temanku menunggu pesawat yang akan ke Jakarta. Sempat tergesa-gesa pulang dari kantor karena sudah jam 13.50. Sampai di rumah aku cepat-cepat mandi, dandan seperlunya dan kusempatkan sholat Ashar sebelum temanku menjemputku.
Selesai…, temanku datang menjemput dan segera kami meluncur ke bandara.

Semoga pesawatnya ga telat ya Nin, kataku pada temanku itu.
Iya Lel.., jadi kita nyampe Jakarta ga kemalaman.
Aku mengangguk setuju. Kemudian kami ngobrol sekenanya. Dari yang ngerumpiin kerjaan sampe ke hal yang ga penting dibahas macam mengomentari infotainment kasus Gary Ishak yang super pengecut itu. Huuh… laki-laki seperti itu dibuang ke laut saja. Ga perlu dipertahankan apalagi diperebutkan!!

Pukul 16.40 WIB terdengar suara dari petugas bandara untuk mempersilakan penumpang pesawat tujuan Jakarta segera boarding. Kami beranjak meninggalkan ruang tunggu menuju pesawat. Penumpangnya banyak, itu terlihat dari antrian menuju tangga pesawat.
Tiba di dalam, aku segera meletakkan tas di bagasi atas seatku. Begitupun Nina, kami cuma membawa satu tas saja.
Selama perjalanan kami ngobrol, sekali-kali diam karena mulai kehabisan bahan cerita. Tidak terasa pesawat segera landing di Cengkareng. Dan.., glerr... roda pesawat menyentuh landasan. Seperti yang sudah-sudah, sebagian penumpang mulai sibuk berbenah. Kenapa mereka tidak mau bersabar menunggu pesawat benar-benar berhenti baru melakukan itu? Belum lagi pesawat berhenti bunyi HP di on kan mulai terdengar. Wah…, ndeso tenan.

Keluar dari bandara, sepupunya Nina sudah menunggu. Kami bertiga langsung menuju ke kota. Tujuan pertama cari makan. Keliling-keliling akhirnya kami makan di La Piazza.
Selesai makan kami bertiga melanjutkan perjalanan. Jalan-jalan saja keliling Jakarta. Hehehe…, maklum temanku ini hobinya jalan. Bagi dia itu hiburan selain belanja. Nina memang boros untuk urusan yang satu ini. Dia tidak berhitung sudah berapa banyak uang yang keluar untuk hobinya itu. Termasuk perjalanan ini dia semua yang membiayainya (yang ketiban rejeki aku… :D ). Nina, Nina…. Untung saja penghasilanmu besar dan kamu belum punya banyak tanggungan. Gumamku dalam hati.

Hari Minggu kami jalan lagi. Kali ini ke Mangga Dua. Beli ini itu, macam-macam yang diborong Nina. Aku cuma beli tas dan baju. Setelah dari Mangga Dua kami pergi ke Pondok Indah Mall dan Plaza Indonesia. Oh my God, mau beli apa disini? Harganya mahal-mahal, kataku dalam hati.
Setelah capek jalan, kami cari makan, lapar!! Nina lagi pengen makan steak katanya. Kemudian sepupunya mengantarkan kami ke Sizzler. Bagus Nin…, jauh-jauh dari Jogja jangan makan makanan yang biasa-biasa saja kataku. Dua hari ini kita tidak usah diet. Kita manjakan lidah dan perut kita. Kataku ke dia. Ninapun tertawa mendengar omonganku itu.
Setelah selesai makan kita masih jalan lagi. Jam masih menunjukkan pukul 20.00 WIB. Kami ngikut aja kemana sepupu Nina ajak. Yang penting jalan! Karena Senin pagi kami harus pulang ke Jogja ikut penerbangan pertama.

Dalam perjalanan pulang menuju Jogja aku dan Nina tidur, tepatnya setelah pesawat take off. Ngantuk karena kurang tidur. Kami terbangun setelah pramugari memberitahu bahwa pesawat sebentar lagi landing.
Jogja…?? Ya Jogja, sudah sampai Jogja lagi. Berarti kerja lagi, kataku dalam hati. S.E.M.A.N.G.A.T !!! I like Monday… hehehe…
Dari pertemanan itu aku menemukan ketulusan Nina terhadapku. Seorang teman yang tidak memandang siapa aku atau siapa kamu. Tidak pelit dan suka menolong siapa saja yang butuh pertolongannya. Tidak juga ingin diperlakukan layaknya bos walaupun dia layak dikatakan bos. Berbeda dengan yang kurasakan, pertemananku dengan seseorang yang kuanggap baik ternyata tidak seperti yang kuharapkan. Banyak perhitungan, tidak setia kawan, pelit dalam menolong dan aku sangat kecewa padanya. Selama ini aku selalu berusaha baik terhadapnya, tapi yang kuterima koq sangat mengecewakan ya? Terbersit olehku ingin membalas kejahatannya, tapi aku sadar itu sama saja aku seperti dia. Melihat kasus yang terjadi pada bosku, walaupun dia kecewa membeli sesuatu yang ternyata tidak beres dan dicurangi, dia tetap baik terhadap orang yang telah membuat dia kecewa. Bukankah Nabi Muhammad SAW pun memberi contoh demikian pada umatNya? Tetap berbuat baik kepada sesama walaupun disakiti atau dijahati.
Begitulah teman, kadang membuat kita senang, kadang membuat kita kecewa. Karena itu jangan menaruh harapan pada teman, berharaplah hanya kepada Tuhan. Wah, sok nasehati ya aku? Kayak ustadjah aja. Hehehe....

Buat Nina, Good luck! Semoga kamu tetap menjadi teman yang baik bagi semua. Dan semoga di tempat yang baru nanti kamu betah, tambah sukses dan jangan lupa ma kita-kita di sini.