Sabtu, Desember 18, 2010

Menyongsong Perubahan

2 minggu lagi tahun 2011. Belum ada planning mau ngapain tahun depan. Yang ada sekarang dilanjutkan dan belum ada hal muluk-muluk lain selain itu.

Jogja…, setelah diguncang gempa pada 27 Mei 2006 kini menjadi sorotan kembali karena bencana erupsi gunung Merapi pada 26 Oktober 2010. Belum usai bencana Merapi, Jogja diguncang kembali oleh pernyataan Presiden mengenai sistem pemerintahannya yang dianggap monarki. Media mengekspos berita itu berulang-ulang, tanggapan dan pendapat dari berbagai pihak pun muncul. Komentar dimana-mana, ujung-ujungnya memperuncing keadaan dan menjadi sebuah polemik. Gesekan pendapat antara wong Jogja dan pemerintah pusat menjadi semakin panas karena belum ada kesepakatan mengenai keistimewaan. Demo masyarakat Jogja dan hasil sidang DPRD DIY tidak dianggap kuat oleh pusat (Mendagri) karena dianggap tidak mewakili aspirasi 3,5 juta penduduk Jogja. Wah…, pusat koq ngeyel banget yaa? Wong Jogja maunya penetapan, pusat maunya pemilihan. Sama-sama bersikeras mempertahankan kemauannya.
Draft RUUK sudah dibuat dan (kalo tidak salah) baru tanggal 17 Desember 2010 diserahkan pada DPR RI. Sebagian besar fraksi dari partai yang duduk di DPR RI dan DPRD Jogja mendukung penetapan yang dimaui masyarakat dan pihak Kraton Jogja. Tetapi… pemerintah yang diwakili oleh Mendagri tetap mau Gubernur Jogja dipilih.

Beberapa hari yang lalu aku sempat chatting dengan teman. Ngomongin masalah Penetapan atau Pemilihan Gubernur Yogyakarta. Dia bukan orang Jogja memilih pemlihan dan aku sebagai warga Jogja mendukung penetapan. Diskusi kecil-kecilan di YM pun berlanjut ditengah kami sama-sama bekerja. Ada sebuah kalimat yang meluncur dari temanku itu yang membuat aku mengakui kebenarannya. Kenapa dia pro pemilihan, alasannya memberi kesempatan pada putra-putri terbaik Jogja untuk memimpin daerahnya. Tentu yang dimaksudnya di sini keadilan bagi warga Jogja yang mempunyai kemampuan dan kwalitas baik agar bisa menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk membangun Yogyakarta.
Dan kemarin aku membaca sebuah situs berita, lagi-lagi tentang RUUK Yogyakarta. Kali ini yang bicara seorang mantan Rektor UGM, bapak Ichlasul Amal. Dari pemikirannya aku dapat menangkap sebuah pencerahan untuk meredakan seteru antara Jogja dan pusat. Apa yang beliau kemukakan tidaklah buruk, asal sama-sama berpikiran jernih kita bisa menerima apa yang dimaui warga Jogja dan pusat. Tidak ada salahnya membuka mata hati dan pikiran untuk kebaikan Jogja. Yang aku tahu pemerintah tidak akan menghapus keistimewaan Yogyakarta. Dalam draft RUUK yang aku baca kemarin, (salah satunya) Sultan dan Pakualam tetap bisa menjadi gubernur dan wakil gubernur tanpa bernaung disatu partai politik. Menjadi simbol, mengayomi dan mempersatukan masyarakat Yogyakarta. Dan masih banyak lagi hal-hal istimewa yang diberikan oleh pusat untuk Jogja melalui draft RUUK tersebut. Untuk mengetahui lebih banyak tentang RUUK bisa googling sendiri di internet. Hehehehe…. Semoga saja ada jalan terbaik bagi Yogyakarta dan pemerintah pusat untuk menjebatani polemik ini.

By the way,
Sering dengar teriakan Irfan Bachdim akhir-akhir ini kan…?? Yah, anak muda ini menjadi fenomena baru dalam persepakbolaan. Paras ganteng disertai kemampuan memainkan si kulit bundar membuat heboh cewek-cewek. Apalagi timnas Indonesia saat ini sedang berjuang mati-matian untuk bisa lolos ke final Piala AFF 2010. Permainan timnas memang tidak sia-sia. Naturalisasi Christian Gonzales dan Irfan Bachdim (kabarnya dia memang sudah WNI ikut warga negara bapaknya) dilengkapi pemain-pemain asli Indonesia lainnya membawa kegembiraan pada Indonesia. Dalam babak penyisihan melawan Malaysia, Indonesia unggul 5-1, melawan Laos 6-0, melawan Thailand 2-1 dan babak semifinal Indonesia melawan Filipina 1-0. Masih ada leg ke dua semifinal tanggal 19 Desember 2010 besok. Masih Indonesia melawan Filipina. Harapan kami, kemenangan bagi timnas Indonesia agar dapat melangkah kebabak final dan nantinya memberi kemenangan untuk Indonesia. Amien….
Doa dan dukungan mengalir dari mana-mana semua demi perjuangan skuad Garuda Merah Putih. Semoga ada angin segar dari skuad Garuda yang dapat menyejukkan bumi Indonesia yang sedang merasa gerah karena huru-hara dimana-mana. Paling tidak dapat meredakan gejolak politik yang memanas, menghibur saudara-saudara kita yang terkena bencana, mendamaikan warga/masyarakat yang sedang berselelisih, menyatukan supporter antar klub yang biasanya saling bermusuhan. Intinya bila timnas Indonesia menang (Insya Allah, I hope so…) pasti suasana “panas” menjadi reda.
Yah, semoga ada kebahagiaan dan kegembiraan ditengah kemurungan dan kekecewaan bangsa ini. Semoga ada perubahan yang lebih baik. Amien, semoga….!!