Rabu, Agustus 18, 2010

Kemerdekaan Yang Terusik

Merdeka..!! Itulah semestinya yang terucap kemarin Selasa, 17 Agustus 2010. Hari kemerdekaan RI yang ke 65 tahun diisi oleh sebuah kejadian menyebalkan. Yah! Aku hampir saja tertipu oleh orang yang mengaku teman lamaku. Awalnya orang itu menelpon hp-ku. Aku ragu untuk mengangkat panggilan telp itu karena nomor asing. Tetapi entah kenapa kuangkat juga telepon itu. Dengan suara agak ketus kujawab : halo, dari siapa ini? Kemudian dia menjawab : halo? Masa' kamu lupa sama aku? Kutanya lagi siapa dia dan dia menjawab sebuah nama Kiki. Awalnya kukira Ricky, karena aku mempunyai teman yang bernama itu dan kebetulan sudah lama tidak kontak. Tapi dia bilang Kiki. Hmm..., apa Kiki teman SD-ku di Sulawesi dulu ya? Pikirku. Aku & teman-teman yang satu SD dengan Kiki memang mencari infonya kira-kira setahun yang lalu. Tanpa curiga lagi setelah aku mendengar nama tsb aku menerima telepon orang itu dengan senang, kemudian kami terlibat dalam obrolan santai. Bla, bla, bla.... akhirnya dia bicara tentang kegiatannya yang habis lelangan barang elektronik. Aku sempat tergoda dengan barang-barang lelangan yang dia sebutkan. Laptop dan HP dari merek-merek terkenal dengan harga sangat murah. Tanpa curiga aku menanyakan boleh tidak aku beli? Dia bilang boleh, nanti uangnya ditransfer setelah barang tiba ditangan. Oke, aku harus tanya adikku dulu yang faham masalah spesifikasi laptop. Kubilang begitu sama orang tsb.
Ehh..., ga disangka-sangka dia mulai mendesak dan terburu-buru menyuruhku sms-in nama & no. KTPku serta alamat untuk dibuatkan surat pengantarnya. Aku mulai curiga, kenapa dia suruh aku cepat-cepat kirim nama dll-nya itu? Kecurigaanku luluh karena dia bilang akan menyisihkan barang-barang yang kupesan tadi agar orang lain tidak mengambilnya. Dan kukirimlah sms yang beisi namaku, no. KTP serta alamatku. Sampai disitu, aku sedang menunggu informasi dari adikku tentang laptop yang kutanyakan tadi. Tiba-tiba teman gadunganku itu menelpon lagi mengatakan identitasku udah diketik dan dia minta voucher 3 lembar (katanya) untuk jasa temannya yang mengetikkan KTP-ku. Kecurigaanku semakin bertambah dan akupun tidak mau diperdaya lagi olehnya. Kukatakan pada orang itu barang datang dulu baru aku kasih persenan untuk temannya. Atau kalo kamu kelamaan nunggunya, kamu talangin dulu permintaan temanmu itu dengan uang kamu. Si-gadungan itu ga mau, tetep ngeyel agar aku memberikan voucher 300rb. Malah dia bilang, aku disuruh potong harga pesananku kalo nanti mau bayar. Hmm... semudah itukah? Tidak! Akhirnya kubatalkan semuanya dan kukatakan sama dia bahwa aku ragu kalo dia teman-ku.
Semoga saja informasi KTPku tidak disalah gunakan. Amien....
Hampir saja aku tertipu. Syukurlah akal sehatku jalan dan cepat-cepat menyadari dari perangkap penipuan itu. Kira-kira 2 jam setelah kejadian itu ada sms masuk dengan nomor asing meminta pulsa dengan alasan mau menghubungi keluarga temannya yang kecelakaan di hutan. Kuabaikan sms tsb dan dalam hati aku berkata kenapa ga minta pertolongan ama teman yang dia kenal atau saudaranya? Dasar penipu!!

Setelah kupikir-pikir sehari sebelum kejadian itu aku mendapat telepon dari orang asing dengan modus hampir sama, awalnya setelah aku tanyakan siapa ini? Dia pura-pura mengatakan : "masa' ga kenal sih?" Apa mereka dari komplotan yang sama yaa?
Huuh..! Jaman sudah merdeka masih aja otak-otak kriminal memanfaatkan kecanggihan dan kemudahan teknologi untuk hal-hal jahat seperti itu.
Merdeka dari penjajah bangsa asing bukan berarti merdeka dari "jajahan" bangsa sendiri. Terbukti masih banyak orang sebangsa yang tega menjajah saudara sebangsanya sendiri. Banyak contoh tetapi ga usah diuraikan di sini (capek ngetiknya-red!). Kenyamanan dalam menikmati layanan canggih teknologi masih terganggu oleh oknum-oknum penipu, ini salah satunya. Penjajah bangsa sendiri!

Lain hal...,
Beberapa waktu lalu hingga hari ini hak-ku dirampas oleh ulah orang sehingga aku dirugikan. Kewajiban sudah ditunaikan tetapi hak-ku terabaikan. Dan sangat menyakitkan ketika sesamaku tidak menyertakan aku dalam "kasak-kusuk" mendapatkan hak tersebut. Egois!
Aku berlari sendiri untuk mendapatkan semua hak-ku walaupun hingga hari ini belum kuperoleh. Apakah aku menyerah? Tidak! Aku menunda mendapatkan hak itu karena sesuatu dan lain hal. Rasa kemanusiaanku masih ada. Kutahan semuanya demi kedamaian.
Semoga penindasan hak model begini tidak terjadi lagi....