Selasa, Desember 15, 2009

7 Desember 2009

Dina buru-buru bangun dan bergegas mandi. Pagi ini dia harus segera tiba di kantor lebih pagi dari biasanya karena harus menemani pimpinannya menemui distributor di kantor Kuningan Jakarta Selatan. Gawat, jangan sampai telambat, kata Dina dalam hati. Tahu sendiri, hanya selisih 5 – 10 menit telat keluar dari rumah bakal menemui kemacetan yang luar biasa. Inilah Jakarta! Selalu krodit dengan kemacetan, gerutu Dina sambil menyambar tas kerjanya yang ada di meja.
Pagi ini Dina harus memastikan bahwa semuanya beres agar bos tidak ngomel-ngomel karena ada hal yang dianggap tidak sempurna.
Sebagai seorang sekretaris disebuah perusahaan elektronik terkemuka di negeri ini, dia harus profesional dalam bekerja. Mulai dari mengecek agenda kerja, menyiapkan keperluan pimpinan hingga hal-hal kecil yang menyangkut keperluan pimpinan selama dinas tidak luput dari perhatiannya.
Dina bekerja sebagai seorang sekretaris sudah tujuh tahun di perusahaan ini. Perusahaan elektronik yang terletak di wilayah Jakarta Utara ini sudah memberi banyak hal, suka dan duka. Lawatan keberbagai daerah/kota di Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara dan Australia pernah disinggahinya. Itu semua berkat Dina menjadi seorang sekretaris. Punya teman/relasi banyak dan gaji yang layak plus fasilitas kesehatan yang baik diperolehnya. Dukanya, bila akhir bulan dia harus menemani bos menunggu closing product dari cabang-cabang yang dilaporkan oleh bagian sales. Biasanya bos suka rewel dengan keterlambatan laporan yang masuk, belum lagi koreksian laporan yang dilimpahkan pada dirinya. Urusan pekerjaan sebetulnya tidak masalah bagi Dina, yang membuat telinganya merah bila bos sudah marah-marah yang tidak fokus. Ini sifat jelek bosnya yang selalu harus dimaklumi. Dina harus ekstra sabar dan harus pintar-pintar melayani bosnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.35 WIB, masih ada waktu 15 menit untuk mengecek ulang perlengkapan yang akan dibawa nanti. Oke, semuanya sudah beres dan tidak ada yang terlupa.
Pak Handoko, pimpinan Dina atau biasa disebut bos oleh Dina datang tepat jam 07.55. Setelah menanyakan semua persiapan kepada Dina, mereka langsung berangkat.
Pak Yono, supir kantor yang setia menemani kemanapun bos pergi, kali ini sedikit berwajah ceria. Dina pun iseng bertanya, “Pak, tumben pagi-pagi sudah ceria. Ada kabar bahagia ya?”, tanya Dina mencoba membuka pembicaraan pada pak Yono.
Pak Yono tersipu-sipu mendengar pertanyaan Dina, sambil menjawab : “ iya mbak. Anak saya sudah lulus pendadaran kemarin”. “Wah hebat! Sebentar lagi di wisuda donk Pak?” Kata Dina melanjutkan pertanyaannya kepada pak Yono. “Iya mbak”, jawab pak Yono kemudian.
Selama perjalanan mereka bertiga tidak banyak bicara. Sesekali Pak Handoko menerima telepon melalui telepon selulernya. Sementara pandangan Dina lebih sering keluar memperhatikan jalanan ibukota yang padat sambil sesekali melihat pemandangan gedung-gedung bertingkat yang ada di kiri kanan jalan.

Tiba di kantor Kuningan, Dina dan Pak Handoko langsung menuju ruang pertemuan. Di sana sudah ada Pak Wisnu, seorang Sales Manager Mereka berbincang-bincang sambil menunggu pihak distributor. Kali ini yang menjadi mitra kerja adalah sebuah perusahaan elektronik yang berada di Jawa Timur.
Dina menyiapkan segala keperluan rapat, sementara Pak Handoko dan Pak Wisnu sedang membahas program-program yang akan dibawa ke Malaysia minggu depan. Tiba-tiba Pak Handoko memanggil Dina. “Din, persiapan untuk ke Malaysia minggu depan sudah beres?” Dengan cepat Dina langsung menjawab “sudah Pak. Tiket pesawat PP sudah saya booking dan untuk akomodasi sudah saya kontak ke cabang Malaysia untuk di bookingkan. Dan informasi terakhir yang saya terima dari cabang Malaysia melapokan, bahwa semuanya sudah siap, Pak”. “Oke, terima kasih Din”, ucap Pak Handoko.
Setelah mempersiapkan keperluan rapat Pak Handoko, Dina mengambil posisi duduk agak kesamping, dekat Bu Inggrid seorang manager dari divisi lainnya. Sedangkan Pak Handoko dan Pak Wisnu duduk bersebelahan. Pas-lah mereka kan satu tim yang satu Marketing Manager dan satunya lagi Sales Manager, pikir Dina sesaat sebelum tamu yang ditunggu-tunggu datang.
Tepat pukul 10.15 rombongan dari perusahaan jamu tersebut datang didampingi Pak Wijaya direktur utama tempat Dina bekerja. Setelah perkenalan dan basa-basi lainnya, masuklah acara inti yang dinanti-nanti. Hmm…, Bos perusahaan rekanan yang sedang berbicara di depan mempresentasikan produk-produknya ternyata oke juga. Hehehe…., keren juga, kata Dina dalam hati. Tanpa disadari Dina, Bu Inggrid yang ada disebelahnya juga berkomentar sama tentang Pak Wijaya. “Penilaian kita koq sama ya Bu?” celetuk Dina sambil berbisik-bisik. “Iya”, jawab Bu Inggrid singkat sambil tersenyum memandang Dina. “Ssstt…, Pak Wijaya melihat ke kita Bu. Sepertinya Dia terasa kalau jadi pusat perhatian kita Bu”, tulis Dina pada secarik kertas yang disodorkan ke Bu Inggrid. Tak lama kemudian Bu Inggrid tersenyum sambil melihat wajah Dina yang manis tersenyum juga. Kemudian Dina menulis dikertas lagi “intermezzo Bu. Hehehe….”, lalu disodorkan kertas itu pada Bu Inggrid. “Iya, daripada manyun. Hehehe…”, tulis Bu Inggrid pada Dina.

Usai rapat, Dina buru-buru memberesi bawaannya. Semua yang ada di ruangan itu menuju ruangan yang sudah disiapkan untuk makan siang.
Bos-bos dan para tamu mendahului untuk mengambil makan siang, sedangkan Dina masih asyik menerima telepon dari rekan kerjanya yang di kantor. Ada urusan kerja yang harus disampaikan ke Pak Handoko. Semua pesan dari kantor sudah direkam di kepala Dina dan usai makan siang harus segera di sampaikan ke Pak Handoko.
Setelah makan siang selesai Dina-pun menghampiri Pak Handoko untuk menyampaikan pesan dari kantor.

Usai acara tersebut, Dina dan Pak Handoko kembali ke kantor. Selama perjalanan Pak Handoko lebih sering bicara pada Dina dan Pak Handoko. Kali ini obrolan Pak Handoko lebih ke hal-hal yang lucu-lucu. Mungkin ingin melepas kepenatan rutinitasnya saja beliau begitu. Dan juga bisa dibilang pengusir kantuk setelah pertemuan dan makan siang tadi.
“Pak Yono sudah makan?” Tanya Pak Handoko tiba-tiba. “Sudah Pak” jawab Pak Yono. “Tadi di kantor sana disediakan makan buat driver-driver. Kenyang Pak”, lanjut Pak Yono meyakinkan pertanyaan Pak Handoko. Pak Handoko-pun mengangguk-angguk.
Dalam perjalanan pulang ke kantor Dina lebih banyak diam. Sampai-sampai Pak Handoko iseng bertanya padanya. “Tumben Din, koq diam aja?” Iya Pak, ngantuk kekenyangan tadi. Seloroh Dina sambil tertawa kecil.
Hujan mulai turun. Rintik-rintik air mengenai kaca mobil. Hmm… hawanya semakin enak buat tidur nih, pikir Dina.
Kemudian Dina melirik pada Pak Handoko sedang asyik dengan blackberry-nya, Pak Yono sedang berkonsentrasi pada kemudi. Sedangkan Dina asyik melihat air hujan sambil sesekali membalas sms yang masuk ke handphone-nya.

Tak terasa mobil yang kami naiki memasuki halaman kantor. Pak Yono menghentikan mobil persis di depan pintu lobby kantor sehingga kami turun tidak kehujanan. Pak Handoko, Dina turun dari mobil dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada Pak Yono.
Dina-pun langsung masuk ke lift menuju lantai empat tempat ruang kerjanya berada. Sedangkan Pak Handoko mampir ke salah satu rekan kerjanya yan berada dilantai dasar.
Sore itu jam sudah menunjukkan pukul 17.35 WIB. Segera Dina memberesi berkas-berkas kerjanya. Pak Handoko sudah pulang 20 menit sebelumnya. Pekerjaan untuk esok hari sudah disiapkan Dina dalam agenda kerjanya. Setelah selesai, Dina bergegas pulang meninggalkan kantor.
Hari ini beberapa pekerjaan sudah terselesaikan oleh Dina. Esok ada pekerjaan baru dan pekerjaan yang belum sempat diselesaikan masih menunggu. Begitulah setiap harinya Dina menapaki rutinitasnya sebagai seorang sekretaris.