Rabu, Desember 30, 2009

2 Hari Lagi Tahun Baru 2010

Januari yang lalu,
Seperti yang sudah-sudah, awal menulis tanggal sering keliru pada tahunnya, tertulis tahun yang lama.
Mengawali tahun dengan hal yang baru (maunya), tapi ternyata koq sama saja dengan kemarin. Masih jalan ditempat alias masih itu-itu saja. Kesalahan pertama yang kubuat dalam tahun yang baru

Februari yang lalu,
Kata orang ini bulan cinta. Ga juga! Biasa saja, karena selalu aku menganggap bulan Februari ini sama saja dengan bulan-bulan yang lain. Cuma Februari ini jumlah harinya lebih sedikit dibanding bulan yang lain. Ini berarti lebih cepat gajian bagi kami yang bekerja. Hehehe...
Eit, nanti dulu. Menjelang akhir Februari lalu aku menemukan teman lama di fesbuk. Busyet.., bener-bener orang yang kucari selama ini. Thanks God, finally I found him.

Maret yang lalu,
Ini bulan ketiga diawal tahun. Obrolanku dengan teman lamaku semakin sering. Lucu, indah dan kadang-kadang nyebelin.
Di bulan ini juga aku bertemu kembali dengan teman lamaku itu. Hmm..., so sweet, so nice, and also grrr...!! Bikin bete, hahaha...

April yang lalu,
Melanjutkan pekerjaan yang sudah-sudah. Rumah - kantor, kantor - rumah. Nyaris monoton!

Mei yang lalu,
Mulai iseng ikutan kampanye. Tim biru, tim elit.

Juni yang lalu,
Tepatnya pertengahan bulan ini aku beserta keluarga mendapat berita, bahwa ibuku masuk rumah sakit. Segera aku pulang, dan menemui ibuku sudah terbaring tak berdaya dengan selang infusnya.
Aku, kakak, adik & ipar, keponakan serta keluarga besar lainnya sempat menunggui beliau di rumah sakit.
Pada saat mereka pulang, pada hari ke 9 tinggal aku, bapakku & tanteku, ditemani suster, selepas maghrib ibuku dipanggil Yang Maha Kuasa. Lemas rasanya badan ini melihat kepergian beliau. Innalillahi wa'innailaihi ro'jiun.

Juli yang lalu,
Bulan ketujuh. Bulan istimewa bagiku. Karena pada bulan ini aku berulang tahun untuk yang kesekian kalinya. Alhamdulillah.., aku masih diberi kesempatan menikmati hidup. Oya, dibulan ini juga Pilpres diadakan. Yang menang? Sudah tahu kan?!

Agustus yang lalu,
17 Agustus-an, meriah dengan ornamen warna merah putih dimana-mana. Yang paling aku suka pada saat 17-an adalah nonton upacara bendera di istana melalui tv. So simple kan? Paling tidak, aku masih punya semangat 45 walaupun cuma nonton upacaranya di tv.

September yang lalu,
Lebaran jatuh pada bulan ini. Aku mudik bareng kakak dan keluarganya. Adikku udah mudik duluan. Adikku yang bungsu kali ini berhalangan ga bisa ikutan mudik. Tapi tetep saling mengucapkan Selamat Lebaran walupun lewat telepon. Silaturahmi bersama keluarga, saling maaf-memaafkan.
Pada akhir bulan ini aku bertemu si-borokokok. Hahaha... Jalan-jalan lagi, makan-makan lagi. Ufh... kenyang juga bro.

Oktober yang lalu,
Aku bergabung dengan manajemen baru. Spirit baru dengan speed yang luar biasa! Wow..., thanks, sudah membuat perubahan dalam kinerjaku.

November yang lalu,
Nyaris tidak ada yang perlu diceritain lagi karena semua berjalan seperti yang sudah-sudah.

Desember ini,
Bulan yang identik dengan akhir tahun = pesta malam tahun baru.
Sebetulnya, aku bukan tipe orang yang suka pesta-pesta pada saat malam tahun baru. Paling sering kulewati di rumah saja, atau pergi makan-makan di luar beserta keluarga.
Tapi kali ini, pada bulan ini aku menghadapi sebuah pekerjaan yang nyaris bikin aku muntah! Bukan karena banyakknya pekerjaan, tetapi aku bingung cara "menyelesaikan pekerjaan itu" sendiri. Mau begini, ntar gimana? Mau begitu, ntar gimana? Please Tuhan, tolong aku supaya dapat menyelesaikan semuanya dengan baik. PertolonganMu sungguh aku butuhkan. Ini doa akhir tahunku padaMu Tuhan.

Hmm..., tahun baru sudah di depan mata. Harapanku kedepan, resolusi 2010 : be a good woman, strength & get the better life.

Selasa, Desember 22, 2009

Patahnya 2 Batang Pensil

Bener lho.., ini bener-bener terjadi saat aku ikut T.O.T seminggu yang lalu. Awalnya sempat ragu, apa aku bisa mematahkan pensil dengan telunjuk jari tanganku? Pasti sakit, pikirku. Tapi setelah kulakukan ternyata ajaib..., pensil itu patah menjadi dua! Horee...!! Teriakku seperti anak kecil. Karena penasaran, kupatahkan satu pensil lagi, dan berhasil!! Yess... aku bisa melakukannya tanpa keraguan. Aku bisa, aku bisa!!
Teriakku dalam hati. Hihihi... norak bin katrok ya? Biarin.

Selasa, Desember 15, 2009

7 Desember 2009

Dina buru-buru bangun dan bergegas mandi. Pagi ini dia harus segera tiba di kantor lebih pagi dari biasanya karena harus menemani pimpinannya menemui distributor di kantor Kuningan Jakarta Selatan. Gawat, jangan sampai telambat, kata Dina dalam hati. Tahu sendiri, hanya selisih 5 – 10 menit telat keluar dari rumah bakal menemui kemacetan yang luar biasa. Inilah Jakarta! Selalu krodit dengan kemacetan, gerutu Dina sambil menyambar tas kerjanya yang ada di meja.
Pagi ini Dina harus memastikan bahwa semuanya beres agar bos tidak ngomel-ngomel karena ada hal yang dianggap tidak sempurna.
Sebagai seorang sekretaris disebuah perusahaan elektronik terkemuka di negeri ini, dia harus profesional dalam bekerja. Mulai dari mengecek agenda kerja, menyiapkan keperluan pimpinan hingga hal-hal kecil yang menyangkut keperluan pimpinan selama dinas tidak luput dari perhatiannya.
Dina bekerja sebagai seorang sekretaris sudah tujuh tahun di perusahaan ini. Perusahaan elektronik yang terletak di wilayah Jakarta Utara ini sudah memberi banyak hal, suka dan duka. Lawatan keberbagai daerah/kota di Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara dan Australia pernah disinggahinya. Itu semua berkat Dina menjadi seorang sekretaris. Punya teman/relasi banyak dan gaji yang layak plus fasilitas kesehatan yang baik diperolehnya. Dukanya, bila akhir bulan dia harus menemani bos menunggu closing product dari cabang-cabang yang dilaporkan oleh bagian sales. Biasanya bos suka rewel dengan keterlambatan laporan yang masuk, belum lagi koreksian laporan yang dilimpahkan pada dirinya. Urusan pekerjaan sebetulnya tidak masalah bagi Dina, yang membuat telinganya merah bila bos sudah marah-marah yang tidak fokus. Ini sifat jelek bosnya yang selalu harus dimaklumi. Dina harus ekstra sabar dan harus pintar-pintar melayani bosnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.35 WIB, masih ada waktu 15 menit untuk mengecek ulang perlengkapan yang akan dibawa nanti. Oke, semuanya sudah beres dan tidak ada yang terlupa.
Pak Handoko, pimpinan Dina atau biasa disebut bos oleh Dina datang tepat jam 07.55. Setelah menanyakan semua persiapan kepada Dina, mereka langsung berangkat.
Pak Yono, supir kantor yang setia menemani kemanapun bos pergi, kali ini sedikit berwajah ceria. Dina pun iseng bertanya, “Pak, tumben pagi-pagi sudah ceria. Ada kabar bahagia ya?”, tanya Dina mencoba membuka pembicaraan pada pak Yono.
Pak Yono tersipu-sipu mendengar pertanyaan Dina, sambil menjawab : “ iya mbak. Anak saya sudah lulus pendadaran kemarin”. “Wah hebat! Sebentar lagi di wisuda donk Pak?” Kata Dina melanjutkan pertanyaannya kepada pak Yono. “Iya mbak”, jawab pak Yono kemudian.
Selama perjalanan mereka bertiga tidak banyak bicara. Sesekali Pak Handoko menerima telepon melalui telepon selulernya. Sementara pandangan Dina lebih sering keluar memperhatikan jalanan ibukota yang padat sambil sesekali melihat pemandangan gedung-gedung bertingkat yang ada di kiri kanan jalan.

Tiba di kantor Kuningan, Dina dan Pak Handoko langsung menuju ruang pertemuan. Di sana sudah ada Pak Wisnu, seorang Sales Manager Mereka berbincang-bincang sambil menunggu pihak distributor. Kali ini yang menjadi mitra kerja adalah sebuah perusahaan elektronik yang berada di Jawa Timur.
Dina menyiapkan segala keperluan rapat, sementara Pak Handoko dan Pak Wisnu sedang membahas program-program yang akan dibawa ke Malaysia minggu depan. Tiba-tiba Pak Handoko memanggil Dina. “Din, persiapan untuk ke Malaysia minggu depan sudah beres?” Dengan cepat Dina langsung menjawab “sudah Pak. Tiket pesawat PP sudah saya booking dan untuk akomodasi sudah saya kontak ke cabang Malaysia untuk di bookingkan. Dan informasi terakhir yang saya terima dari cabang Malaysia melapokan, bahwa semuanya sudah siap, Pak”. “Oke, terima kasih Din”, ucap Pak Handoko.
Setelah mempersiapkan keperluan rapat Pak Handoko, Dina mengambil posisi duduk agak kesamping, dekat Bu Inggrid seorang manager dari divisi lainnya. Sedangkan Pak Handoko dan Pak Wisnu duduk bersebelahan. Pas-lah mereka kan satu tim yang satu Marketing Manager dan satunya lagi Sales Manager, pikir Dina sesaat sebelum tamu yang ditunggu-tunggu datang.
Tepat pukul 10.15 rombongan dari perusahaan jamu tersebut datang didampingi Pak Wijaya direktur utama tempat Dina bekerja. Setelah perkenalan dan basa-basi lainnya, masuklah acara inti yang dinanti-nanti. Hmm…, Bos perusahaan rekanan yang sedang berbicara di depan mempresentasikan produk-produknya ternyata oke juga. Hehehe…., keren juga, kata Dina dalam hati. Tanpa disadari Dina, Bu Inggrid yang ada disebelahnya juga berkomentar sama tentang Pak Wijaya. “Penilaian kita koq sama ya Bu?” celetuk Dina sambil berbisik-bisik. “Iya”, jawab Bu Inggrid singkat sambil tersenyum memandang Dina. “Ssstt…, Pak Wijaya melihat ke kita Bu. Sepertinya Dia terasa kalau jadi pusat perhatian kita Bu”, tulis Dina pada secarik kertas yang disodorkan ke Bu Inggrid. Tak lama kemudian Bu Inggrid tersenyum sambil melihat wajah Dina yang manis tersenyum juga. Kemudian Dina menulis dikertas lagi “intermezzo Bu. Hehehe….”, lalu disodorkan kertas itu pada Bu Inggrid. “Iya, daripada manyun. Hehehe…”, tulis Bu Inggrid pada Dina.

Usai rapat, Dina buru-buru memberesi bawaannya. Semua yang ada di ruangan itu menuju ruangan yang sudah disiapkan untuk makan siang.
Bos-bos dan para tamu mendahului untuk mengambil makan siang, sedangkan Dina masih asyik menerima telepon dari rekan kerjanya yang di kantor. Ada urusan kerja yang harus disampaikan ke Pak Handoko. Semua pesan dari kantor sudah direkam di kepala Dina dan usai makan siang harus segera di sampaikan ke Pak Handoko.
Setelah makan siang selesai Dina-pun menghampiri Pak Handoko untuk menyampaikan pesan dari kantor.

Usai acara tersebut, Dina dan Pak Handoko kembali ke kantor. Selama perjalanan Pak Handoko lebih sering bicara pada Dina dan Pak Handoko. Kali ini obrolan Pak Handoko lebih ke hal-hal yang lucu-lucu. Mungkin ingin melepas kepenatan rutinitasnya saja beliau begitu. Dan juga bisa dibilang pengusir kantuk setelah pertemuan dan makan siang tadi.
“Pak Yono sudah makan?” Tanya Pak Handoko tiba-tiba. “Sudah Pak” jawab Pak Yono. “Tadi di kantor sana disediakan makan buat driver-driver. Kenyang Pak”, lanjut Pak Yono meyakinkan pertanyaan Pak Handoko. Pak Handoko-pun mengangguk-angguk.
Dalam perjalanan pulang ke kantor Dina lebih banyak diam. Sampai-sampai Pak Handoko iseng bertanya padanya. “Tumben Din, koq diam aja?” Iya Pak, ngantuk kekenyangan tadi. Seloroh Dina sambil tertawa kecil.
Hujan mulai turun. Rintik-rintik air mengenai kaca mobil. Hmm… hawanya semakin enak buat tidur nih, pikir Dina.
Kemudian Dina melirik pada Pak Handoko sedang asyik dengan blackberry-nya, Pak Yono sedang berkonsentrasi pada kemudi. Sedangkan Dina asyik melihat air hujan sambil sesekali membalas sms yang masuk ke handphone-nya.

Tak terasa mobil yang kami naiki memasuki halaman kantor. Pak Yono menghentikan mobil persis di depan pintu lobby kantor sehingga kami turun tidak kehujanan. Pak Handoko, Dina turun dari mobil dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada Pak Yono.
Dina-pun langsung masuk ke lift menuju lantai empat tempat ruang kerjanya berada. Sedangkan Pak Handoko mampir ke salah satu rekan kerjanya yan berada dilantai dasar.
Sore itu jam sudah menunjukkan pukul 17.35 WIB. Segera Dina memberesi berkas-berkas kerjanya. Pak Handoko sudah pulang 20 menit sebelumnya. Pekerjaan untuk esok hari sudah disiapkan Dina dalam agenda kerjanya. Setelah selesai, Dina bergegas pulang meninggalkan kantor.
Hari ini beberapa pekerjaan sudah terselesaikan oleh Dina. Esok ada pekerjaan baru dan pekerjaan yang belum sempat diselesaikan masih menunggu. Begitulah setiap harinya Dina menapaki rutinitasnya sebagai seorang sekretaris.

Sabtu, Desember 05, 2009

Mengenang Yang Lalu, Membina Yang Baru

Reuni lewat fesbuk yang pertama kali kami lakukan. Melalui teman-teman yang sudah kami temukan, mulailah acara itu disusun. Reuni teman-teman lama. Aku yang masih terdampar di Jogja mulai giat mencari informasi sana-sini. Sms, telepon, chatting, apa saja yang sekiranya bisa untuk menghubungi teman-teman, aku lakukan. Tempat reuni di Jogja. Karena ini teman-teman semasa kuliah yang tidak satu kampus denganku. Teman main kala jam kuliah kosong atau kala liburan tiba.

Astaga..!! Orang itu nongol juga, gumamku dalam hati. Laki-laki yang selalu kunilai good looking itu akhirnya berani muncul, menampakkan batang hidungnya. Ga salah nih...? Kamu Roy..? Tumben ikutan? Bukannya kamu takut ama istri kamu? Selalu beralasan bila diajak kumpul-kumpul gini? Tanyaku padanya.
"Hehehe..., kali ini aku pakai alasan lain lagi supaya lolos dari curiganya". Kata Roy santai. Manusia satu ini memang pernah ketahuan selingkuh oleh istrinya. Sejak itu dia selalu kucing-kucingan dengan istri bila ada acara bersama teman-temannya. Selalu curiga dan mosi tidak percaya yang keluar dari istrinya. "Syukurin..!!" Ledekku padanya bila dia memberi alasan terhadapku atau kepada teman-teman lainnya.
Bukannya apa-apa..., manusia yang satu ini super nyebelin. Hampir semua akses untuk menghunginya ditutup. Sampai-sampai daftar teman-teman di fesbuk-pun di hidden olehnya. Jadi orang yang belum jadi teman di fesbuknya tidak bisa melihat daftar teman-temannya. Ck ck ck... Banci, betul-betul pengecut! Umpatku. "Takut mantan-mantan ikut nimbrung difesbuk-ku", katanya enteng. Anjrit..! Sebegitu pentingnya kamu, Roy? Teriakku padanya.
Makanya, kalo masih takut istri ga usah macam-macam-lah Roy. Kataku kemudian. Hehehe... Roy nyengir kuda untuk menutupi rasa malunya.

Reuni diselenggarakan malam minggu. Bertempat disebuah restauran bernuansa Bali dan ber-dress code hitam atau putih, atau kombinasi hitam dan putih.
Selesai maghrib, aku bergegas dandan. Baju yang kupakai terusan hitam. Praktis dan ga banyak aksesoris selain jam tangan, gelang, cicin dan anting yang biasa kupakai. Sepatu berhak sedang warna putih tulang dan tas kecil warna hitam. Sederhana dan nyaris semuanya hitam-hitam yang kupakai malam itu. Untung kulitku putih jadi terlihat kontras saat aku mengenakan baju tersebut. Aku ga pintar dandan, jadi penampilanku sederhana. Yang penting ga salah kostum atau norak.
Jam menunjukkan pukul 18.30. Aku sudah siap, tinggal tunggu jemputan teman. Lima menit kemudian Yustin yang didampingi suaminya datang menjemputku. Undangan tertera pukul 19.00 tepat. Yang telat dihukum nyanyi sambil berjoget didepan teman-teman. Untunglah lokasi restauran itu tidak jauh dari rumahku, jadi aku dan Yustin terhindar dari hukuman tersebut.

Pukul 18.55 meja yang kami pesan sudah penuh dengan undangan. Suara tawa dan senda gurau teman-teman begitu riuh terdengar. Semua hanyut dalam kenangan masa lalu.
Tiba-tiba aku menatap seseorang yang duduk diujung meja. Hei..., itu kan Bono? Kenapa dia banyak diam? Kemana istrinya? Tanyaku pada Yustin. Yustin yang duduk disebelahku menyenggol lenganku. "Dia masih jomblo", kata Yustin. "Oohh..., sama kayak aku donk?" gurauku. "Kamu minat ga?" sambung Yustin. "Ga ah Yus", bisikku pada Yustin. "Kenapa Lel?" Ga kenapa-kenapa aja. Jawabku ringan.

Acara demi acara sudah dilewati. Gelak tawa dan gurauan terlontar. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. Restauran masih tampak ramai, inikan malam minggu. Jam tutup restauran lebih malam dari biasanya.
Usai acara kami semua saling berjabat tangan dan berpelukan. Saling mengucapkan sampai berjumpa lagi, keep in contact, etc.
Bono yang dari tadi mojok, tiba-tiba menghampiri aku dan Yustin. "Hai... Lel, Yustin. Kalian pulang dengan siapa?" tanya-nya. "Aku bareng Yustin", kataku. Kamu sama siapa Bon..? tanyaku balik. "Sendiri aja". Kata Bono.
Sambil ngobrol kami menuju parkiran. Wah, ternyata teman-teman masih ada yang asyik ngobrol di sana. Kami sempat nimbrung sebentar, kemudian kami pamit diikuti yang lainnya.
Seru...!! Temu kangen malam itu sukses. Reuni kecil yang kami buat membawa kenangan indah yang tak terlupakan. Teman lama terjalin kembali, teman baru terbina untuk sebuah persahabatan.

Malam bergulir semakin larut. Tampak bintang bertaburan di atas sana. Terima kasih Tuhan, malam ini tidak turun hujan. Sehingga acara reuni kami dapat berjalan dengan
lancar. Ucapku dalam hati.