Kamis, Februari 10, 2011

Negeri Barbar

Beberapa hari lalu kita lagi-lagi dikejutkan aksi anarkis sekelompok orang di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Bentrokan antara warga dan jamaah Ahmadiyah mengakibatkan 3 orang tewas, rumah jamaah Ahmadiyah dihancurkan sekelompok manusia yang mengatas namakan agama. Begitu beringas dan menyeramkan kulihat wajah-wajah mereka tersorot kamera tv. Tangan mengacung keatas membawa pentungan, golok, leher berkalung sorjan, kepala/wajah ditutupi sorjan, ada pula yang tanpa atribut seperti itu, mereka seraya melafadzkan nama Tuhan sambil menghajar kaum lawan tanpa peri kemanusiaan. Ckckck… sungguh pemandangan yang amat menakutkan!
Keesokkan harinya, tanpa sengaja aku membaca berita disebuah surat kabar online bahwa terjadi lagi aksi kekerasan di Temanggung. Pemicunya adalah seorang yang bernama Antonius Richmon Baweyang pria Manado yang datang dari Jakarta mengedarkan selebaran yang menyinggung umat Muslim setempat. Oleh Pengadilan setempat dia hanya dihukum 5 tahun penjara. Warga merasa kurang puas atas putusan hakim dan terjadilah amuk massa yang anarkis. Sasarannya kantor Pengadilan, rumah ibadah, sekolah, dan kendaraan warga, mobil polisi dihancurkan. Persis ulah para bar-bar ; anarkis, kejam dan beringas.
Mulailah aku gelisah melihat berita-berita itu sambil ngedumel…. Dasar malu-maluin agama saja perbuatan mereka!? Brutal, tidak mencerminkan seorang yang beragama. Apa bedanya mereka dengan seorang pembunuh? Benarkah Tuhan mengajarkan demikian? TIDAK !! Mereka saja yang keblinger merasa paling suci, paling benar atas tindakannya. Apa yang mereka buat seolah-olah sudah direstui Tuhan? TIDAK !!
Tidak adakah cara-cara yang lebih halus, sopan, cara-cara yang lebih bermartabat sebagai manusia yang beragama?

Sangat disayangkan mengapa pihak kepolisian tidak bisa meredam amuk massa yang demikian beringas?? Kalah beranikah mereka? Atau sekelompok orang beringas itu (katanya) mendapat dukungan dari orang penting di negeri ini? Semoga saja tidak yaa…
Aku tidak mengerti orang-orang itu. Begitu cepat tersulut amarah mereka dan begitu tololnya orang yang memprovokasi kaum yang berseberangan dengannya.

Pernah suatu ketika (beberapa tahun lalu), seorang temanku yang beda keyakinan makan siang lauk rica-rica babi di depanku. Dengan basa-basi dia minta maaf kepadaku tanpa bergeser dari hadapanku. Kubiarkan saja dia makan makanannya dan aku bergeser dari hadapannya. Hal-hal kecil seperti itu kuabaikan saja karena aku sadar aku hidup dalam lingkungan yang berbeda. Yang penting temanku tidak mengganggu / mempengaruhi / menghina keyakinanku. Akupun tidak lantas emosi karena temanku makan daging babi dihadapanku, kuanggap dia masih sopan dan meminta maaf terlebih dahulu terhadapku.

Lain lagi cerita (masih cerita masa lalu),
Seorang teman lainku yang kebetulan beda keyakinan juga denganku. Dia seorang laki-laki, entah karena dia punya hati terhadapku atau karena alasan lain, sadar atau tidak, dia beberapa kali mengirim sms renungan hariannya kepadaku. Dia sangat tahu, aku ini pemeluk Islam. Awalnya aku membalas dengan hal-hal netral saja karena aku menghormati dia dan agama yang dipeluknya. Tapi lama kelamaan dia seperti tidak tahu diri, tetap mengirim sms sejenis terhadapku. Aku merasa mulai terganggu…, kubilang sama temanku itu kalo dia salah tujuan mengirim sms-sms tersebut, dan aku tekankan kepadanya bahwa aku seorang Muslim! Seketika itu dia tidak menjawab smsku dan langsung menghilang bak ditelan bumi. Salahkah aku bersikap tegas terhadapnya?
Kenapa dia memaksakan diri mencari perhatianku dengan hal seperti itu? Tidakkah dia bisa bersikap arif seperti yang ditunjukkan teman-temanku yang lain yang non Muslim juga? Mereka sama sekali tidak mempengaruhi atau menyinggung hal-hal yang berkaitan tentang agama. Kadang-kadang aku lupa bila bicara dengan mereka, aku merasa seperti bicara dengan orang yang sama keyakinan denganku. Inilah yang kumaksud... indahnya kebersamaan dalam perbedaan. Saling mengerti, menghormati, menghargai dan tidak saling mempengaruhi.

Semoga saja negeri ini bisa aman, damai. Wong berteman ama yang berbeda itu enak juga koq. Nyatanya aku aman-aman saja berdampingan dengan yang berbeda.