Sabtu, Oktober 31, 2009

Antara Sayang, Cinta Dan Siksaan Batin

Busyeett, aku dicurhati lagi ma si Upik. Duh Pik, aku sendiri kalo punya masalah seperti kamu, pasti nangis juga. Tapi gimana donk.., kita kan teman. Saling dengerin curhat dan saling menasehati, iya ga? (sok tua kamu Lel..!!) Hahaha…., bisa aja aku ini!? Sorry Pik, kita sama-sama wanita. Ga jauh beda kan? (Perasaan kita maksudku).

Hmm... Pik, aku upload di blog ya ceritamu? Bereslah, masalah identitas aku rahasiakan. Oke? (Upik sudah setuju-red!)

Mulai cerita nih.
Benar-benar suatu dilema. Bagaimana tidak, Upik yang tulus memberi sayang dan cintanya pada Upak ternyata menemukan hal yang pahit. Upak dengan segala kepedean dan kearoganannya merendahkan martabat Upik sebagai perempuan. Kata Upik, Upak dulu tidak seperti itu. Upak orangnya perhatian, bijaksana, sopan dan tidak menyakiti. Intinya dia orang yang baik. ( titik!)

Begini…,
Pada mulanya mereka berteman, kemudian menjalin hubungan secara baik-baik. Upak yang mengawali pernyataan sikap atas perasaannya pada Upik. Upikpun menyambutnya dengan senang hati, karena Upik memang mempunyai perasaaan yang sama seperti Upak.
Singkat kata merekapun menjalin hubungan asmara. Ditengah perjalanan cinta mereka, tanpa dinyana-nyana, Upak ber-ulah. Sikap yang ditunjukkan Upak belakangan sangat menyakitkan hati dan perasaan Upik.
Upik bertahan untuk tetap bisa menerima kelakuan Upak yang menyakitkan itu karena rasa sayangnya pada Upak, tentunya. Kebodohan yang dibuat Upik ini berulang-ulang, dan Upik menyadari itu. Jengah rasanya aku melihat ulah Upik yang stupid ini. Sudah berulang-ulang kuperingatkan, tapi Upik menerima omonganku hanya dengan menangis tanpa bisa merubah sikapnya. Abis gimana..., aku masih sayang sama Upak? Aku ga bisa pergi darinya, kata Upik sambil menangis. Tapi kamu jangan mau juga disiksa batin seperti itu! Kataku balik pada Upik.

Sekitar dua minggu kemudian,
Tidak kusangka-sangka Upik bilang ke aku, bahwa dia akan melupakan Upak. Bantu aku untuk melupakan dia, katanya padaku. Oke, aku setuju atas tekat bulatnya membuat keputusan ini. Berani mengambil resiko walaupun itu tidak mudah. Melawan perasaan sayang, cinta untuk diubah menjadi hambar dan benci! Kata Upik.
Kubilang pada Upik, jangan kamu benci dia, itu hanya semakin menyakiti hati kamu. Matikanlah perasaan sayang dan cintamu terhadapnya. Ubahlah perasaan itu sebagai hal yang hambar, datar tanpa harus membenci. Terimalah dia sebagai teman biasa, tanpa harus menyimpan dendam. Karena perasaan dendam, benci atau menjauhi dia hanya akan semakin menyiksa batinmu. Alamaak…, dalem banget!
Pik, kamu pasti bisa! Ini pernah kulakukan pada saat aku mengalami hal yang sama seperti kamu.
Alhamdulillah..., aku baik-baik saja sampai sekarang. Aku tidak punya rasa dendam pada mantan-mantanku, walaupun mereka pernah jahat terhadapku dan aku tidak pernah terlintas sama sekali untuk membalas perbuatan mereka. Satu hal yang perlu diingat, saat kita mengikhlaskan perbuatan mereka, disitulah kita memenangkan pertarungan batin yang hebat.
Kamu tahu Pik, salah satu dari mantanku mengalami kejadian yang tidak kuduga sama sekali. Awalnya kukira dia mendapatkan kesempurnaan hidup saat dia memilih pasangan hidupnya. Seorang wanita, bekerja disalah satu bank, dinikahinya. Mereka hidup bahagia, mereka sama-sama bekerja & sekarang sudah dikaruniai anak
Tahu tidak, aku dengar si-mantan sudah tidak bekerja di instansi tempat dia kerja dulu, dengar-dengar ada perampingan di tempat kerjanya. Tapi tidak masalah bagi dia karena dia punya usaha sendiri yang dikelolanya dan kakaknya. Seperti biasa, pasang surut bisnis mereka alami juga. Sudah sampai di situ….
Seiring berjalannya waktu, aku dengar kabar lagi, bahwa dia baru saja kehilangan anak. Anak keduanya meninggal karena keteledoran pengasuhnya. Dan yang terbaru dari kabar yang sama sekali ga kucari-cari ini (semua kabar kuperoleh datang dengan sendirinya), katanya dia sekarang luntang-lantung ga kerja. Sesaat aku tertegun, apa ini teguran atau balasan dari Tuhan atas perbuatannya dulu? Dia meninggalkanku demi wanita lain & bersikap sangat menyakitkan terhadapku. Dia juga masih punya hutang padaku yang hingga saat ini belum lunas. Sudah kutagih beberapa kali, sampai-sampai aku malu menagihnya. Tetap saja dia selalu mengelak dan mempermainkan perasaanku.
Hai bung…, jangan main-main dengan hutang dan janji..!! Bisa celaka bila tidak dibereskan.
Sekali lagi aku menarik napas dalam-dalam saat aku mengetahui dia dengan segala problema hidupnya.

Lagi dan lagi…,
Ada lagi mantanku yang lain, Pik. Dia sudah bercerai. Orang ini pernah menyepelekan aku. Dulunya sih dia pernah suka ma aku, pernah pacaran juga kami saat dia belum menikah. Tapi kami putus karena sikapnya yang tidak menarik dan sangat tidak gentleman.
Singkatnya,
Dari cerita yang kuperoleh (ceritanya setelah dia cerai nih), dia lagi kepingin cari pendamping hidup lagi. Kabarnya dia sudah dapat pacar baru, tapi tersandung karena ulah pacarnya itu. Dia menginginkan wanita yang punya banyak uang, tapi sayang disaat dia sudah mendapatkan wanita yang diinginkan, malah si wanita itu (pacarnya-red!) pergi meninggalkannya bersama uang yang dititipkan pada si pacar tersebut.
Haah…? Rupanya sepadan dengan perbuatannya, dia sering mempermainkan wanita dulunya. Menganggap remeh terhadap wanita yang tidak kaya dan selalu menganggap enteng untuk menaklukkan wanita.
Tapi Pik..., aku sama sekali tidak girang mendengar semua itu. Kujadikan semuanya sebagai cerminan hidup, agar aku lebih berhati-hati dalam hidup ini. Sepak terjang kita ada konsekuensinya.