Sabtu, Februari 07, 2009

Saat Pagi Menyapa

Aku bangun tepat saat azan subuh berkumandang dari mushola dekat rumahku.
Sejenak mata ini kubuka menatap isi ruangan kamar yang berantakan. Lalu aku bangun dan bergegas ke kamar mandi & dilanjutkan berwudhu. Sholat subuh kutunaikan.., selesai. Kemudian aku keluar kamar dan menghidupkan tv. Sepintas aku melihat berita tv tentang kematian seorang ketua DPRD Sumut. Ahh… andai saja orang-orang yang demo tidak brutal mungkin saja sang ketua DPRD itu belum menemui ajalnya. Tapi siapa yang tahu akan ajal menjemput & dengan cara seperti apa hanya Tuhan yang tahu, kataku dalam hati.

Bergegas aku ke dapur, masak air lalu kubuat secangkir kopi kental manis yang merupakan minuman favoritku. Sambil minum kopi sambil nonton tv pagi begitu asik & nikmat. Apalagi tidak ada yang mengganggu.

Aku keluar sebentar untuk menghidupkan kran air. Tampak mendung menggantung di langit pertanda hujan akan segera turun. Benar saja tidak lama setelah aku keluar gerimis mulai turun kemudian disusul hujan lebat. Hmm…. pagi-pagi hujan begini membuatku malas untuk beraktivitas. Padahal semalam aku sudah merendam cucian untuk kucuci pagi ini. Mau ga mau aku harus mencucinya kalo ga mau rendamannya bau.

Selesai mencuci, kulihat hujan belum reda. Ahh… biarkan saja hujan mengguyur deras pagi ini asalkan tidak membawa bencana, gumamku dalam hati.
Aku termenung mencoba menerawang ke dalam hati, akankah cerah mengganti curah hujan pagi ini? Sepertinya hujan masih lama berhenti. Kubiarkan saja tanpa aku harus mengomel. Hujan anugerah juga koq.

Dan kemudian aku beranjak dari rumah untuk melanjutkan aktivitas pagiku di kantor.
Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian, dikala hujan dinanti kemarau yang datang, begitulah sebaliknya. Manusia cuma bisa berharap Tuhan yang menentukan. Namun aku tak kan berhenti melangkah hingga kurasakan kehangatan mentari pagi menyapa….