Jumat, Oktober 24, 2008

Hai Joewy....

Lama ga ngobrol ama kamu yaa. Semalam aku ngobrol ama teman dari jam 11.00 pm s/d 01.30 am. Biasalah Joe..., ngerumpi dan curhat ditengah malam orang-orang kesepian.
Gimana, permintaan tolongku yang lalu udah kamu follow up? Aku tunggu kabarnya yaa. Ntar aku konfirmasi lagi lho.

Wah... lama ga ngisi blog ternyata bikin otakku beku Joe. Inspirasi macet, konsentrasi bubar dan bener-bener tumpul ide. Padahal nulis kayak gini kan ga perlu kerja keras buat mikir. Lha wong tulisanku ini cuma omong-omong kosong alias sama sekali ga berbobot apalagi penting buat dibaca, disimak atau dicermati isinya. Waaahh... sama sekali ga penting!!
Tapi bagiku nulis di blog ini selain ada unsur.... (ssstt...narsisme, hehehe....) ada baiknya juga untuk mengasah kemampuan dalam mengarang. Yaa... walaupun bukan mengarang indah kayak SD dulu.
Seperti sekarang ini, tulisanku ga ada tema. Pokoknya hajar aja bleehh...!! Yang penting nulis dan kemudian kuposting supaya kamu bisa baca tulisanku yang ga mutu ini Joe.

Joewy, kemarin sore aku lihat seorang ibu tua jualan pisang rebus, ubi rebus, kacang rebus dan krupuk di trotoar jalan. Kasihan banget aku ngeliatnya. Sambil terkantuk-kantuk dia nungguin dagangannya. Aku dekati ibu itu kemudian dengan agak kaget dia terbangun karena kedatanganku. Sambil berkata dan tersenyum dia mempersilakan aku untuk memilih dagangannya dalam bahasa Jawa yang halus. Ramah sekali dia bertutur bahasa, sangat bersahaja dan sangat menyentuh perasaanku. Aku jadi berpikir sejenak saat itu, kemana anak-anak ibu ini? Hidup sebatang karakah dia? Seharusnya usia seibu ini sudah selayaknya di rumah saja, tidak berdagang di pinggir jalan di atas trotoar seperti ini. Dagangannya tidak banyak, hanya setampa saja, tapi ibu ini harus menunggu berjam-jam untuk menghabiskan dagangannya laku terjual. Duuhh... Bu, begitu besar perjuanganmu untuk meneruskan hidup ini. Kamu tidak mengeluh walaupun keuntungan yang kamu dapatkan tidak seberapa dibanding perjuanganmu berjualan di jalanan yang sungguh keras dan panas ini.
Tidak sedikitpun terlihat kamu mengeluh karena beban hidupmu yang begitu sulit. Begitu pasrah, begitu nrimo.... Begitulah yang aku tangkap dari apa yang aku lihat tentang ibu ini. Dia tidak bercerita tentang kehidupannya padaku memang, tapi dari keramahannya dan ketulus ikhlasannya melayani aku membeli dagangannya yang membuat aku berkesimpulan demikian.
Ahh... Bu, besok aku datang lagi untuk membeli ubi rebus kesukaanku itu yaa (ucapku dalam hati) sambil berlalu meninggalkan ibu itu sendirian lagi.

Ini ada cerita lain lagi Joewy. Aku bertemu dengan seorang lelaki paruh baya sewaktu aku membuang sampah tadi pagi. Dengan bersepeda lelaki paruh baya tersebut membawa keranjang bambu dan karung plastik, dia berhenti di tempat pembuangan sampah yang ada dipinggir jalan itu. Dia menyandarkan sepedanya lalu dia mulai mengorek-ngorek sampah yang ada. Botol-botol bekas, kaleng bekas, dos bekas dia kumpulkan. Lalu aku iseng bertanya kepadanya, untuk apa semua itu? Dia bilang dijual kembali. Kemudian aku bertanya lagi, apa bapak punya pekerjaan lain selain ini? Ada katanya, sebagai pemotong rumput dan bila ada orang yang membutuhkan tenaganya untuk bersih-bersih halaman rumah. Oohh..., sahutku kemudian tanda aku mengerti apa yang baru saja dia bilang. Betapa tegar bapak satu ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia rela melakukan semua pekerjaannya dengan ikhlas. Seperti apa yang dikatakannya padaku pagi itu, pantang bagi dia menadahkan tangannya untuk meminta-minta di jalanan. Aku mengangguk-angguk lagi pertanda aku menyetujui sikap yang dipilihnya itu.
Pagipun mulai beranjak, berangsur-angsur matahari semakin tinggi menyinari bumi Jogjakarta tercinta ini. Terasa hangat di kulit, sehangat obrolan singkatku dengan lelaki paruh baya itu.

Hmm..... Morning is a wonderful blessing..., either stormy or sunny, it stands hope... giving us another start of what we call - LIFE -
Have a lovely day...!!