Sabtu, Februari 26, 2011

Salah Kostum

Berkaitan undangan pada tanggal 24 Februari lalu, akhirnya aku bisa juga memenuhi undangan tersebut. Aku ijin tidak masuk kerja pada hari itu.

Undangan kuterima melalui sms tanggal 22 Februari pagi. Tidak disebutkan harus memakai baju apa? Karena itu aku memilih baju sedikit santai (blus lengan panjang krem bercorak bunga dan celana panjang coklat tua) plus sepatu coklat muda dan tas kecil warna senada. Wajahku kudandani ala kadarnya tanpa blush on, eye shadow, eyeliner, ataupun pensil alis. Wajahku hanya kututupi dengan bedak yang sebelumnya dialasi pelembab dan foundation. Aku termasuk orang yang kurang suka berdandan. Ini terbukti dari lipstick yang kupunya cuma satu, bedak satu. Tidak punya blush on, eye shadow, eyeliner, dan juga pensil alis. Alisku pun tidak kucukur seperti kebanyakan wanita lain. Apa adanya, yo opo anane ngene…!? Stop sampai disitu tentang dadanan minimalisku.
Berangkat ke gedung utama UGM, ternyata aku salah kostum. Seharusnya baju yang dikenakan : wanita memakai kain panjang / sarung (semacam kebaya modern begitulah) dan pria-nya memakai stelan jas. Haah…?? Aku sudah terlanjur memakai baju yang kusebutkan tadi. Agak malu saat aku memasuki ruangan yang sudah mulai banyak tamunya itu. Kulihat sekitarnya memang memakai busana yang sudah ditentukan. Dengan muka kucuek-cuekin, aku, kakak dan istrinya duduk dibagian tengah yang sudah duluan ada adik + istrinya serta saudaraku. Aku berangkat bersama kakakku dan istrinya yang juga sama-sama salah kostum (kakakku memakai kemeja batik lengan panjang) dan istrinya memakai baju muslim gamis. Lumayanlah kakak iparku ga begitu kelihatan saltum dibanding aku memakai celana panjang.
Kulihat beberapa saudaraku yang lain sudah berada dideretan depan, kami sapa mereka sambil berjabat tangan.
Rupanya adik iparku tahu, bila busana yang harus dikenakan ada ketentuannnya. Tapi dia pikir kami sudah mengetahui hal itu. Dan geeeerrr…. Kami tertawa kecil akan kejadian tersebut.
Pukul 10.00 WIB, upacara Pengukuhan Guru Besar dimulai. Agak berbeda dari upacara wisuda S1 dan S2 yang pernah kulihat. Ini yang dikukuhkan cuma satu orang. Tidak ada sambutan pidato dari rektor ataupun dekan. Pidato satu-satunya hanyalah dari sang Guru Besar yang akan dikukuhkan itu.
Sekitar 10 menit berlalu setelah acara dibacakan para guru besar (termasuk beberapa undangan guru besar universitas dari Aceh, Kalimantan, Bandung, Semarang, Surabaya) memasuki ruangan senat.
Tiba saatnya kakak sepupuku membacakan pidatonya di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada. Judul pidatonya : “KEPATUHAN PENERAPAN STANDAR MUTU UNTUK MEWUJUDKAN STANDARD MINDED PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH”.
20 menit berlalu aku masih mengikuti pidatonya dengan baik. Bergeser pada menit-menit selanjutnya aku mulai mengantuk. Mungkin ini akibat bangun terlalu malam (dini hari). Dan juga aku tidak mengerti masalah teknik bangunan jalan, jembatan, bandara dan tentang transportasi, mulailah aku merasa jenuh. Ditambah suasana ruangan yang sejuk karena hembusan ac menyelimuti rungan. Kulihat beberapa tamu lainnya juga mengalami hal serupa denganku.
Hampir satu jam akhirnya pidato itu selesai juga. Para guru besar meninggalkan ruangan dilanjutkan pemberian ucapan selamat kepada kakak sepupuku yang sudah sah menyandang gelar Profesor didepan namanya dalam usia 45 tahun. Lengkap sudah gelar akademisnya hingga jenjang tertinggi. Memang layak dia menyandang gelar tersebut. Orangnya rajin, cerdas dan berkemauan keras untuk mencapai suatu tujuan. Selalu lulus berpredikat cum laude sejak S1, S2, S3.
Acara ditutup dengan jamuan makan siang ala standing party di gedung pertemuan Kagama dengan hiburan pameran batik + fashion show batik, alunan biola dan piano, serta tidak ketinggalan gamelan Jawa. Sekitar 1500 tamu undangan memadati gedung pertemuan tersebut memberi ucapan selamat pada sang empunya gawe.

Senin, Februari 21, 2011

Kondangan Dan Film Hollywood

Intermezzo :
Pergi kondangan kemarin siang. Waktunya dandan ribet dan siap-siap jawab pertanyaan yang itu-itu saja. Kenapa? Apalagi kalo bukan pertanyaan : "Kapan nih?" - Maksudnya, kapan undangannya? Yang berarti, kapan aku menikah?
Sejujurnya aku malas pergi kondangan. Malas dengan basa-basi bila bertemu orang yang menanyakan seperti yang kukatakan diatas. Tapi apa mau dikata, undangan kemarin dari seorang teman. Tidak datang ga enak. Ntar kalo ketemuan pasti nanyain, "koq ga datang waktu nikahanku?"
Begitulah, akhirnya aku melangkahkan kaki pergi memenuhi undangan temanku itu. Benar saja, ketika aku bertemu teman di sana mereka menanyakan hal itu. Jawaban yang sudah ada di kepala kukeluarkan. "Tunggu aja, tinggal tulis nama mempelai laki-lakinya diundangannya", jawabku santai sambil tersenyum...
------ tanggal 24 Februari 2011, undangan upacara pengukuhan kakak sepupu sebagai Guru Besar UGM - Fakultas Teknik (Tek. Sipil), di Balai Senat UGM, gedung pusat UGM, sayap utara lantai 2 - UGM. Semoga aku dapat menghadiri acara tersebut.

Daaag.... Hollywood !!

Ribut-ribut ngomongin Hollywood mau boikot Indonesia dari import film-nya. Kenapa takut? Kenapa harus ngomel-ngomel? Emang bisa mati kalo ga nonton film dari sana? Udah saatnya kita punya sikap atas arogansi Hollywood selama ini. Kita telah didikte, diatur oleh mereka! Kesenjangan antara industri film dalam negeri yang tidak imbang. Pajak industri film dalam negeri lebih besar dibanding pajak film Hollywood / film import.



Inilah penyebab pemerintah menaikkan pajak impor film :

Pajak film impor lebih murah daripada pajak film nasional. Pajak impor cuma dibebani per satu kopi film, yakni Rp 1 juta per kopi. Rata-rata film impor menyetor lebih kurang Rp 15 juta per judul untuk 15 kopi film. Dalam 12 tahun terakhir, film asing yang diimpor rata-rata 180 judul dengan total kopi sekitar 2.500 kopi sehingga rata-rata hanya 15 kopi per judul.

Sementara itu, film nasional harus membayar pajak untuk beberapa hal, mulai dari bahan baku, peralatan produksi, pajak atas artis, karyawan, pajak saat proses produksi, pajak pasca-produksi, dan untuk penggandaan kopi film. Jadi, jika dihitung, maka produser film nasional harus menyiapkan 10 persen lebih untuk pajak. Film seperti Laskar Pelangi atau Ayat-Ayat Cinta yang biaya produksinya Rp 5 miliar harus mengeluarkan pajak senilai Rp 500 juta.

Di Thailand, pajak film menggunakan sistem per meter panjang film tersebut. Angkanya 1 dollar AS per meter. Rata-rata setiap kopi film impor mengeluarkan 3.000 dollar AS per kopi atau lebih kurang Rp 30 juta. Itu artinya 30 kali lipat lebih besar dari pajak yang dipungut oleh Pemerintah Indonesia.

So..., sadarlah!! Jangan cengeng hanya karena Hollywood ga ngedarin filmnya di sini.

Senin, Februari 14, 2011

Palentinan...?? :(

Ga semestinya menanyakan hal bodoh!
Sebeeeeeeeeeeeeeelllllllllll.....!! Kepancing ma manusia GeNit... Hahaha





Jadwal Liga Champions (16 besar) :
AS Roma vs Shakhtar Donetsk, AC Milan vs Tottenham Hotspur, Valencia vs Schalke 04, Inter Milan vs Bayern Munich, Olympique Lyon vs Real Madrid, Arsenal vs Barcelona, Olympique Marseille vs Manchester United, dan FC Copenhagen vs Chelsea.

Leg pertama tanggal 15-16 dan 22-23 Februari 2011. Leg kedua pada 8-9 dan 15-16 Maret 2011. Pertandingan menggunakan sistem home and away.

Kamis, Februari 10, 2011

Negeri Barbar

Beberapa hari lalu kita lagi-lagi dikejutkan aksi anarkis sekelompok orang di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Bentrokan antara warga dan jamaah Ahmadiyah mengakibatkan 3 orang tewas, rumah jamaah Ahmadiyah dihancurkan sekelompok manusia yang mengatas namakan agama. Begitu beringas dan menyeramkan kulihat wajah-wajah mereka tersorot kamera tv. Tangan mengacung keatas membawa pentungan, golok, leher berkalung sorjan, kepala/wajah ditutupi sorjan, ada pula yang tanpa atribut seperti itu, mereka seraya melafadzkan nama Tuhan sambil menghajar kaum lawan tanpa peri kemanusiaan. Ckckck… sungguh pemandangan yang amat menakutkan!
Keesokkan harinya, tanpa sengaja aku membaca berita disebuah surat kabar online bahwa terjadi lagi aksi kekerasan di Temanggung. Pemicunya adalah seorang yang bernama Antonius Richmon Baweyang pria Manado yang datang dari Jakarta mengedarkan selebaran yang menyinggung umat Muslim setempat. Oleh Pengadilan setempat dia hanya dihukum 5 tahun penjara. Warga merasa kurang puas atas putusan hakim dan terjadilah amuk massa yang anarkis. Sasarannya kantor Pengadilan, rumah ibadah, sekolah, dan kendaraan warga, mobil polisi dihancurkan. Persis ulah para bar-bar ; anarkis, kejam dan beringas.
Mulailah aku gelisah melihat berita-berita itu sambil ngedumel…. Dasar malu-maluin agama saja perbuatan mereka!? Brutal, tidak mencerminkan seorang yang beragama. Apa bedanya mereka dengan seorang pembunuh? Benarkah Tuhan mengajarkan demikian? TIDAK !! Mereka saja yang keblinger merasa paling suci, paling benar atas tindakannya. Apa yang mereka buat seolah-olah sudah direstui Tuhan? TIDAK !!
Tidak adakah cara-cara yang lebih halus, sopan, cara-cara yang lebih bermartabat sebagai manusia yang beragama?

Sangat disayangkan mengapa pihak kepolisian tidak bisa meredam amuk massa yang demikian beringas?? Kalah beranikah mereka? Atau sekelompok orang beringas itu (katanya) mendapat dukungan dari orang penting di negeri ini? Semoga saja tidak yaa…
Aku tidak mengerti orang-orang itu. Begitu cepat tersulut amarah mereka dan begitu tololnya orang yang memprovokasi kaum yang berseberangan dengannya.

Pernah suatu ketika (beberapa tahun lalu), seorang temanku yang beda keyakinan makan siang lauk rica-rica babi di depanku. Dengan basa-basi dia minta maaf kepadaku tanpa bergeser dari hadapanku. Kubiarkan saja dia makan makanannya dan aku bergeser dari hadapannya. Hal-hal kecil seperti itu kuabaikan saja karena aku sadar aku hidup dalam lingkungan yang berbeda. Yang penting temanku tidak mengganggu / mempengaruhi / menghina keyakinanku. Akupun tidak lantas emosi karena temanku makan daging babi dihadapanku, kuanggap dia masih sopan dan meminta maaf terlebih dahulu terhadapku.

Lain lagi cerita (masih cerita masa lalu),
Seorang teman lainku yang kebetulan beda keyakinan juga denganku. Dia seorang laki-laki, entah karena dia punya hati terhadapku atau karena alasan lain, sadar atau tidak, dia beberapa kali mengirim sms renungan hariannya kepadaku. Dia sangat tahu, aku ini pemeluk Islam. Awalnya aku membalas dengan hal-hal netral saja karena aku menghormati dia dan agama yang dipeluknya. Tapi lama kelamaan dia seperti tidak tahu diri, tetap mengirim sms sejenis terhadapku. Aku merasa mulai terganggu…, kubilang sama temanku itu kalo dia salah tujuan mengirim sms-sms tersebut, dan aku tekankan kepadanya bahwa aku seorang Muslim! Seketika itu dia tidak menjawab smsku dan langsung menghilang bak ditelan bumi. Salahkah aku bersikap tegas terhadapnya?
Kenapa dia memaksakan diri mencari perhatianku dengan hal seperti itu? Tidakkah dia bisa bersikap arif seperti yang ditunjukkan teman-temanku yang lain yang non Muslim juga? Mereka sama sekali tidak mempengaruhi atau menyinggung hal-hal yang berkaitan tentang agama. Kadang-kadang aku lupa bila bicara dengan mereka, aku merasa seperti bicara dengan orang yang sama keyakinan denganku. Inilah yang kumaksud... indahnya kebersamaan dalam perbedaan. Saling mengerti, menghormati, menghargai dan tidak saling mempengaruhi.

Semoga saja negeri ini bisa aman, damai. Wong berteman ama yang berbeda itu enak juga koq. Nyatanya aku aman-aman saja berdampingan dengan yang berbeda.