Oke-oke... Mumpung
sekarang buka blog, yuk.., kita ngeblog lagi.
Alhamdulillah
sudah setahun lebih aku berjilbab. Terlambat ya? Iya! Tapi gak papa daripada
enggak sama sekali (klise ya!). Keputusan berjilbab kuambil dengan kesadaranku
sendiri. Tidak ada yang memaksa, tidak ada orang yang menyuruh.
Aku termasuk
paling belakangan berhijab dalam keluarga intiku. Ibu (sudah alm.), bapak, kakak,
adik atau saudaraku tidak ada yang menegurku, aku belum berhijab waktu itu.
Bukannya mereka tidak peduli, tetapi mereka membiarkan aku dengan kesadaranku
sendiri mengenakan hijab. Yang penting bagi mereka aku tidak meninggalkan
sholat, puasa Ramadan dan berperilaku baik.
Lama aku tidak
tergerak untuk berhijab dan aku masih getol mencari-cari, wajib enggak sih,
wanita muslim berhijab? Sering juga aku sharing sama teman, kadang-kadang adu argumen
sama mereka tentang hijab ini. “Walau aku tidak berhijab, toh pakaian
keseharianku sopan, tidak minimalis seperti pakaian yang kekurangan bahan.
Sopan dan tetap tertutup, hanya saja kepalaku yang tidak ditutupi”. Begitu
kataku pada mereka. Jadi… Apa salahnya kalau aku tidak berhijab? Itu
pemikiranku saat itu.
Waktu terus
berganti.., pada suatu ketika entah sentilan atau pikiranku sedang “baik”
tiba-tiba aku ingat segala kejadian masa laluku. Untuk apa aku takut pada orang
yang tidak suka wanita berhijab? Untuk apa aku kuatir dengan kehidupanku? Untuk
apa aku takut enggak keren karena penampilanku, dsb.
Orang gak akan
bisa menolong kita dikehidupan kelak. Sandaran utama kita di dunia ini kan cuma
Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa.
Sudah sampai
disitu pikiran sehatku bicara. Aku belum juga memutuskan berhijab, masih
menunda, kali ini sudah gak banyak ngeyel masalah kenapa wanita muslim kudu
berhijab. Aku sudah bisa menerimanya, hanya saja belum pakai.
Sebetulnya
sudah setahun sebelumnya aku sudah tergerak untuk berhijab, tetapi kutunda
hanya untuk memastikan kebulatan niatku itu. Bener nih sudah siap? Nanti
bagaimana dengan keseharianku, harus bagaimana dan bagaimana? Serta tetek
bengek lainnya yang selalu buat aku menunda dan menunda. Sampai disitu.., dan aku
tetap menunggu momen tepatku.
Di waktu lain,
kemudian ada seorang teman baikku, dia belum berhijab dan belum kepingin,
katanya. Suatu ketika saat dia mengalami sakit kanker, kemudian dia memutuskan
untuk berhijab. Belum sampai setahun dia berhijab akhirnya dia dipanggil yang
Maha Kuasa. Innalillahi wainailahi roji’un. Titik.
Aku berdoa,
semoga ajalku belum tiba ketika aku belum berhijab. “Beri aku waktu ya Allah…
Agar aku dapat menunaikan perintahMu”. Kira-kira begitu doaku saat itu.
Menunggu momen
yang pas untuk berhijab (saat aku ulang tahun dan bertepatan dengan momen Idul
Fitri).
Jujur saja, sebetulnya
aku was-was menunggu waktu yang kuinginkan itu. Takut umurku gak sampai dan
aku belum berhijab. Aku masih ngeyel menunggu waktu yang kuinginkan.
Dan Alhamdulillah,
Allah mendengar doaku. Waktu yang kutunggu tiba, aku diberi kesehatan dan
kesempatan menunaikan niatku, berhijab di tanggal ulang tahunku dan dalam
suasana Idul Fitri. Alhamdulillah…
Oya, hijab yang kupilihpun "modern" bukan berarti suka-suka juga. Yang penting pakaian tersebut tidak ketat, tidak transparan. Kerudung yang kupilih yang biasa. Enggak yang panjang menjuntai, lebar gede. Simple-simple aja. Jadi, jangan ada yang ngomongin ini itu atas keputusan pilihan hijabku ini. Oke...
Terima kasih ya Allah atas kesempatan ini dan tolong beri aku waktu lagi untuk membenahi kekurangan yang ada dalam keseharianku agar aku selalu berjalan dijalanMU. Aamiin YRA…
Oya, hijab yang kupilihpun "modern" bukan berarti suka-suka juga. Yang penting pakaian tersebut tidak ketat, tidak transparan. Kerudung yang kupilih yang biasa. Enggak yang panjang menjuntai, lebar gede. Simple-simple aja. Jadi, jangan ada yang ngomongin ini itu atas keputusan pilihan hijabku ini. Oke...
Terima kasih ya Allah atas kesempatan ini dan tolong beri aku waktu lagi untuk membenahi kekurangan yang ada dalam keseharianku agar aku selalu berjalan dijalanMU. Aamiin YRA…