Rabu, Juni 22, 2011

Jogjakarta

Siapa yang tidak rindu pada kota yang satu ini? Kota pelajar, kota budaya dan kota gudeg. Aku yakin, hampir semua pengunjung yang pernah menjejakkan kaki di kota ini selalu rindu untuk datang kembali. Atau mungkin mereka yang pernah menjadi bagian dari kota ini, dimanapun sekarang merantau, selalu rindu pada hangatnya Jogja.

Apa yang ditawarkan Jogja? Bagiku, Jogja tak pernah mati. Renik-renik budayanya sangat beragam. Kerlip-kerlip modernitasnya juga sangat terbuka bagi semua orang. Penduduknya ramah, meski panas menyengat selalu menyapa. Belum lagi saat ini, Jogja menawarkan berbagai ragam makanan unik yang bukan hanya memanjakan lidah untuk dinikmati saat berkunjung, namun juga selalu dinanti sebagai oleh-oleh bagi kerabat. Berjubelnya tempat wisata yang seakan tak pernah bosan untuk disapa kembali. Belum lagi nuansa seni dan budaya yang kental membuat kota ini selalu punya cerita. Jogja punya daya pikat sendiri untuk memanggil siapa saja yang pernah datang kemari untuk kembali lagi.

Ada angkringan yang menyajikan makanan a la trotoar: kopi, gorengan, sego kucing. Angkringan ini sebenarnya adalah “barang lama” Jogja yang sekarang banyak dikemas menjadi “baru” dan banyak ditiru oleh kota lain. Salah satu yang menggunakan variasi baru adalah angkringan Lek Man yang lokasinya di dekat Stasiun Tugu. Lek Man menambahkan bara arang dalam kopi yang disajikannya. Menjadikan kopinya terkenal dengan nama Kopi Josssss. Dinamakan demikian karena saat bara itu dicemplungkan di kopi panas menimbulkan bunyi josssssssssss. Salah satu keunggulan angkringan adalah harganya yang murah meriah. Angkringan sungguh mengangkat budaya lokal Jogja yang senang ngopi dan harga murah.

Sebagai kontrasnya, ada cafe/club yang dipadati oleh anak-anak muda Jogja.
Ada juga diskotik entah masih trend atau tidak tempat itu, tapi bagi kalangan muda yang senang dugem pasti mereka tidak absen menginjakkan kaki ditempat-tempat seperti itu. Hampir tiap weekend, cafe/club ini selalu menampilkan ragam tema acara. Dan sejauh yang aku amati (menurut info), tempat-tempat itu tak pernah sepi pengunjung.

Di luar itu, tempat wisata, restoran, lesehan dengan sajian tradisional menu sambal, pusat oleh-oleh tak kalah asiknya untuk dikunjungi. Waktu musim liburan seperti saat ini, jalanan Jogja dilintasi berbagai kendaraan berplat luar kota. Malioboro yang selalu jadi pusat wisata kota pun tumpah ruah oleh masyarakat.
Jogja..., kota ngangeni....