Senin, Januari 24, 2011

Senin Pagi

Seperti biasanya aku harus berangkat kerja. Kali ini (entah kali keberapa?) dengan semangat pas-pasan atau boleh dibilang malas aku menjalani kewajibanku sebagai seorang pegawai. Benar saja, aura malas yang terpancar dari dalam diriku membawa energi negatif pada lingkungan sekitarku. Kantor masih sepi, baru aku duluan yang datang. Ternyata teman-temanku lebih malas datangnya daripada aku. Hehehe.... Belum lagi pekerjaan yang tertunda harus segera diselesaikan, ini akibat halangan dari pekerjaan lain yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Tapi, sudahlah... tidak ada gunanya harus berkeluh kesah!

Waah.., satu lagi gangguan terjadi. YM-ku ga bisa online. On off kayak blogku. :D
wess... ta' offline aja.

Senin, Januari 17, 2011

Aku Dan Si Kambing Hitam

Dalam hidup banyak sekali excuse yang aku buat hanya untuk menyelamatkan diri atau lari dari kenyataan, atau menyembunyikan kekurangan atau meluapkan kekecewaan. Telunjukku kerap kali terangkat untuk mencari "batang hidung" lain yang "enak" untuk dinobatkan sebagai "penyebab"
Misalnya :
• Koq telat? ------ Bangun kesiangan!
• Kenapa gaji ga naik-naik? ------ Bosnya pelit / Perusahaan kere!
• Kenapa ga lulus? ------ Dosennya sentimen!
• Kenapa ga bekerja? ------ Susah cari pekerjaan!
• dan lain lain....

Jarang sekali rasanya menunjuk hidung sendiri terlebih dahulu sebelum mencari kesalahan orang lain atau menyalahkan keadaan, atau mencari faktor - faktor luar yang menjadi penyebab turut andil memberikan kontribusi utama akan kegagalan, kekalahan, kesalahan serta hal - hal negatif lain yang melekat, menimpa atau mewujud dalam kehidupanku. Mengapa begitu? Mungkin karena aku tidak mau jujur terhadap diriku sendiri. Mungkin juga aku tidak mau mengakui dan menyadarkan diri sendiri bahwa diluar segala “topeng” yang aku kenakan, aku hanyalah insan yang serba kurang, punya kelemahan dan jauh dari kesempurnaan. Mungkin aku ingin terlihat "mulia" sehingga aku mati-matian menjaga citra diriku agar selalu baik dan karena itu aku mulai melimpahkan kesalahan pada pihak lain. Ah, tidak sepenuhnya seperti itu! Sekalipun aku pernah melakukannya tapi semua itu sudah aku sadari. Aku meralat, aku menyesalinya. Aku mulai belajar menengok terlebih dahulu terhadap diriku, mengoreksi apa yang terjadi pada diriku kemudian perlahan aku mulai melihat “obyek” lain yang tengah menjadi sorotan/masalah. Berusaha untuk berkomentar netral agar tidak memperkeruh keadaan, tapi sialnya bila emosi sedang labil pasti aku terbawa arus yang “menyesatkan”. Lagi-lagi aku harus mencari kambing hitam untuk “memaafkan” sikap tidak terpujiku dengan dalih menjelang/sedang datang bulan, jadi emosi lagi tinggi. (Haah…?).

Bukan hanya aku, Negara ini pun mengalami hal yang sama. Saling menunjuk atas sebuah kesalahan, kekalahan atau kehancuran. Misalnya : saat Timnas Indonesia kalah dalam perhelatan Piala AFF 2010 lalu, banyak pihak saling menuding atas gagalnya Timnas menjadi juara. Gayus bisa kabur dari tahanan berulang-ulang kali “semua” sibuk mencari siapa yang patut disalahkan? Kasus Century ga selesai-selesai… telunjuk (masih) sibuk menyalahkan siapa yang harus bertanggung jawab? Masih banyak lainnya…. Bisa pusing sendiri melihat elit/pengamat politik atau pengamat ini itu, pengacara, dll isinya cuma saling menyalahkan, saling menuding siapa harus bertanggung jawab atas “musibah” yang terjadi? Apalagi berbicara di depan kamera tv, semakin gagah dan perkasanya mereka seolah-olah paling benar apa yang dikatakan. Ada yang bicara dengan nada tinggi dan berapi-api, sehingga kata-kata kasar keluar dari mulut orang yang kabarnya berpendidikan tinggi dan pergaulannya dikalangan terhormat itu. Persis seperti melihat gali atau pemabuk sedang “ngoceh”.

Sesungguhnya, satu yang sering kali aku abaikan kehadirannya adalah hikmah yang terkandung dari setiap peristiwa yang menimpaku. Atau aku yang jadi penyebabnya tidak pernah menyerap dengan baik dan menjadi guru pembimbing hidup kedepan atas semua yang terjadi? Seribu kambing hitam akan dapat kita cari, tapi itu tidak membuat kita mau belajar atas makna yang selalu ada dibalik semua cerita/kisah/masalah.

Inspired by : Fto