Rabu, April 22, 2009

Malam Itu Di Malioboro

Jam masih menunjukkan pukul 18.30 WIB saat aku menapaki Malioboro. Masih lengang jalanan karena Maghrib baru saja usai. Sengaja aku lebih awal datang ke sini untuk menghindari macet yang biasanya terjadi sekitar jam 19.00 an keatas. Apalagi ini malam minggu, bisa dipastikan Malioboro macet. Jarak rumah dan Malioboro tidak terlalu jauh sekitar 5-6 km saja. Pas di depan sebuah mall aku berhenti dan benar saja mall belum padat pengunjungnya. Bergegas aku masuk ke dalam mencari sesuatu yang sudah kurencanakan akan kubeli. Sampai ditempat, barang yang kucari ternyata sudah tidak ada. Duh, kecewanya hati ini! Buru-buru kesini pencarianku sisa-sia. Dengan setengah ga bersemangat aku melangkah keluar dari situ menuju tempat lain. Sekedar mengobati kekecewaanku, aku berjalan sepanjang mall. Lihat-lihat yang ga penting, karena aku memang bukan tipe perempuan yang suka jalan-jalan di mall. Akhirnya aku menemukan sesuatu yang menarik, sepasang sepatu berwarna coklat kalem. Modelnya sederhana tapi terkesan eksklusif. Kucoba sepatunya pas, kulihat harganya... astaga mahal sekali! Kupikir harganya sekitar 300-350 ribu, ternyata hampir 1 juta. Alaah... cuma alas kaki aja mahalnya minta ampun. Cuma untuk dinjak-injak lagi, gumamku dalam hati. Kabur ahh..., dari pada penjaganya nanya macam-macam.

Keliling lagi ketempat lain, ketemu orang iseng itu lagi. Laki-laki, usianya kira-kira diatasku sedikit. Dari tadi kuperhatikan dia berusaha menguntitku. Sejak dari toko pertama yang kusinggahi. Ihh... ngeri juga kalo dia mau berbuat jahat ke aku, pikirku. Aku selalu berjalan ditengah orang banyak untuk menghindarinya. Tapi keparat, orang berengsek itu tetap saja dibelakangku. Ada sebuah toko kaset/CD aku masuk cepat-cepat kedalamnya. Sengaja aku lama-lamain disitu supaya orang itu pergi menjauhiku. Lirik sana-sini sampai-sampai penjaga tokonya nanya keaku, "mau cari albumnya siapa mbak?" katanya. Dengan gelagapan aku menjawab sekenanya, "ada albumnya The Police yang Sinchronicity?". Penjaga itu mencoba cari album yang kumaksud, dan ternyata tidak ada. Sengaja memang aku cari album The Police itu, karena albumnya sudah lama banget pasti tidak tersedia lagi, pikirku.
Keluar dari situ aku masih celingukan mencari sosok yang tidak kuinginkan tadi. Masih menguntitkah dia? Ahh..., ternyata sudah tidak lagi. Lega rasanya. Tiba-tiba dari balik toko yang ada disebelah toko kaset tadi nongol orang sinting itu. Alamaak..., aku harus lari kemana ini? Pikirku mencoba untuk keluar dari rasa takut itu. Akhirnya aku memberanikan diri berjalan tegap tanpa rasa takut. Orang itu mendekat, kemudian menegurku. "Lelly kan...?" katanya menyapa. Dengan perasaan was-was aku memperhatikan dia dengan ekspresi curiga. "Siapa ya?" tanyaku menyelidik. Ini aku, Gino yang dulu di Bali. Haah...? Manusia yang ga tahu malu yang ngaku-ngaku mirip kayak pesohor itu? Bujubune..., menyebalkan! Terpaksa dengan basa-basi aku mengulurkan tangan menyambut ajakannya untuk berjabat tangan. Lalu dia membuka obrolan sembari jalan. Dia ngajak aku makan, tapi kutolak dengan halus. Aku beralasan sudah makan tadi di rumah. Padahal belum tuh! Dan kemudian..., tahulah selama jalan dengannya aku mencari alasan untuk bisa kabur darinya. Ga enjoy aja ngobrol ama dia. Malaasss.... huuh!!
Tiba-tiba hpku bunyi, ada telepon dari teman. Lalu aku cepat-cepat pamit kukatakan pada dia, bahwa adikku sekeluarga ke rumah dan aku diminta cepat pulang karena sudah ditunggu. Ufh..., lega rasanya aku bisa terlepas dari orang itu. Bukannya apa-apa sih..., aku ga suka dia sudah berbohong sama aku. Benar-benar ga simpatik.

Malam itu Malioboro semakin ramai. Hilir mudik kendaraan dan orang berjalan memadati kawasan yang menjadi ciri khas Jogja ini. Selamat malam Malioboro..., wajahmu semakin tertutup dengan bangunan yang ada, dan pantulan cahaya lampu hias yang gemerlap menambah pesonamu di malam hari.

Jumat, April 17, 2009

Apa Yang Sudah Kita Lakukan Untuk Orang Lain?

Menarik, sebuah artikel yang ditulis oleh sdr. Herry Tjahjono di Kompas tanggal 14 Februari 2009 lalu. Bercermin pada apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain dan dampaknya pada kehidupan kita. Gimana?

Melihat Lebih Jauh
Ada dua kisah nyata inspiratif yang akan saya adaptasi. Pertama tentang seorang tukang pipa (plumber). Alkisah, bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman sedang pusing karena pipa keran airnya bocor, ia takut anaknya yang masih kecil terjatuh. Setelah bertanya ke sana-kemari, ditemukan seorang tukang terbaik. Melalui pembicaraan telepon, sang tukang menjanjikan dua hari lagi untuk memperbaiki pipa keran sang bos. Esoknya, sang tukang justru menelepon sang bos dan mengucapkan terima kasih. Sang bos sedikit bingung. Sang tukang menjelaskan, ia berterima kasih sebab sang bos telah mau memakai jasanya dan bersedia menunggunya sehari lagi. Pada hari yang ditentukan, sang tukang bekerja dan bereslah tugasnya, lalu menerima upah. Dua minggu kemudian, sang tukang kembali menelepon sang bos dan menanyakan apakah keran pipa airnya beres. Namun, ia juga kembali mengucapkan terima kasih atas kesediaan sang bos memakai jasanya. Sebagai catatan, sang tukang tidak tahu bahwa kliennya itu adalah bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman. Cerita belum tamat. Sang bos demikian terkesan dengan sang tukang dan akhirnya merekrutnya. Tukang itu bernama Christopher L Jr dan kini menjabat GM Customer Satisfaction & Public Relation Mercedes Benz. Dalam sebuah wawancara, Christopher menjawab, ia melakukan semua itu bukan sekadar tuntutan after sales service atas jasanya sebagai plumber. Jauh lebih penting, ia selalu yakin tugas utamanya bukanlah memperbaiki pipa bocor, tetapi keselamatan dan kenyamanan orang yang memakai jasanya. Christopher melihat lebih jauh dari tugasnya. Kisah lain. Ada juga kisah dari teman saya, James Gwee, tentang Mr Lim yang sudah tua dan bekerja ”hanya” sebagai door checker (memeriksa engsel pintu kamar hotel) di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Puluhan tahun ia jalankan pekerjaan membosankan itu dengan sungguh- sungguh, tekun, dan sebaik-baiknya. Ketika ditanya apakah ia tak bosan dengan pekerjaan menjemukan itu, Mr Lim mengatakan, yang bertanya adalah orang yang tidak mengerti tugasnya. Bagi Mr Lim, tugas utamanya bukanlah memeriksa engsel pintu, tetapi memastikan keselamatan dan menjaga nyawa para tamu. Dijelaskan, mayoritas tamu hotelnya adalah manajer senior dan top manajemen. Jika terjadi kebakaran dan ada engsel pintu yang macet, nyawa seorang manajer senior taruhannya. Jika ia meninggal, sebagai decision maker, perusahaannya akan menderita. Jika perusahaannya menderita dan misalnya bangkrut, sekian ribu karyawannya akan menderita. Belum lagi keluarganya, termasuk anak istri manajer itu. Demikian jauh pandangan Mr Lim, dan ia bukan sekadar door checker. Beberapa pelajaran Christopher L Jr dan Mr Lim relatif manusia sejenis. Keduanya bukan kelas manusia sedang atau biasa (good people). Mereka jenis ”manusia besar atau manusia berlebih” (great people) meski jabatan atau pekerjaan formal di suatu saat demikian ”rendah dan biasa saja”. Sikap mental mereka jauh lebih tinggi dari jabatan dan pekerjaan formalnya. Dua kisah itu memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, untuk menjadi manusia besar tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan teknis seseorang mengerjakan tugasnya. Kemampuan dan kompetensi teknis (hard competence) boleh sama atau biasa saja, tetapi sikap mental atau soft competence yang lebih akan menentukan seseorang menjadi manusia besar atau tidak. Kedua, untuk bisa mempunyai soft competence dimaksud, kita perlu berontak dan bangun dari tidur panjang selama ini, keluar dari zona nyaman good. Sebagai manusia minimalis, pekerja atau pemimpin apa adanya (yang penting job description dijalankan), target kerja atau key performance indicator (KPI) tercapai, beres! Itulah tipikal manusia biasa saja. Upaya ini memerlukan pengorbanan diri sebab hanya dengan menjadi good people seperti selama ini saja, toh tak ada yang mengusik kita, tetap bisa bekerja dengan nyaman, dan seterusnya. Maka, pemberontakan untuk bebas dari kondisi good people itu harus dari diri sendiri dulu. Ingat petuah Jim Collins, good is the enemy of great. Ketiga, langkah lebih konkret selanjutnya adalah sikap mental untuk ”melihat lebih”! Christopher L Jr plumber yang ingin memastikan kliennya nyaman dan selamat. Mr Lim door checker yang ingin menjamin tamu hotelnya terjaga nyawanya dari bahaya kebakaran. Melihat lebih jauh, beyond the job! Keempat, setelah mampu melihat lebih, barulah kita mampu ”memberi lebih” (giving more). Hanya dengan melihat lebih dan memberi lebih, kita mampu menjadi manusia besar yang tidak hanya bekerja sebatas KPI. Kita akan mampu bekerja dengan memberikan key values indicator (KVI), nilai-nilai lebih, mulia, unggul, berguna bagi setiap pengguna atau penikmat hasil kerja kita. Itulah Christopher L Jr dan Mr Lim. Rindu pemimpin besar Betapa bangsa ini rindu seorang pemimpin hasil pemilu yang layak disebut pemimpin besar, great leader. Mereka yang kini sedang giat berkompetisi dan perang iklan dengan saling sorot KPI masing-masing. Perhatikan dengan saksama, maka segenap janji kampanye, termasuk realisasinya, konteksnya masih sebatas pemenuhan KPI. Ini berlaku baik bagi yang masih berkuasa maupun mantan dan juga calon yang baru. Semua bicara tentang KPI kepemimpinan, belum menyentuh KVI kepemimpinan. Para pemimpin dan bahkan kita semua demikian bangga dan terpesona sendiri saat mampu memenuhi ”KPI kehidupan” kita masing-masing, yang biasanya memang bersifat kuantitatif, materiil, dan mudah diukur. Padahal, untuk menjadi great people, great leader, great father, great manager, dan seterusnya, lebih diperlukan kemampuan mempersembahkan ”KVI kehidupan” kita, yang biasanya justru tidak mudah diukur. Bangsa ini sangat memerlukan Christoper L Jr dan Mr Lim sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Sebagai catatan akhir, seorang office boy yang mampu mempersembahkan KVI nilainya tak kalah dengan seorang CEO yang hanya memberikan KPI-nya. Jika kita ”mau” melihat lebih jauh, kita akan ”mampu” melangkah lebih jauh.

Herry Tjahjono
Corporate Culture Therapist & President The XO Way, Jakarta

Kamis, April 16, 2009

Kisruh KPU

Ahh..., males banget lihat berita tv akhir-akhir ini. Isinya "barisan sakit hati" luntang lantung buat pertemuan sana sini, berkoar-koar meneriakkan Pemilu Legislatif 2009 ini kisruh, banyak kecurangan, amburadul, indikasi memenangkan salah satu partai dan.... (apalagi?).

Wah, kelihatan sekali ya bahwa di negeri ini kedewasaan berpolitik belum ada. Atau kalo boleh kuralat, masih sedikit politikus yang mau menerima kekalahannya dengan lapang dada & berjiwa besar. Dalam suatu pertempuran pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Ga mungkin donk semua kalah atau semua menang.

Terlepas dari kekisruhan yang terjadi dibeberapa tempat, baik itu DPT yang ga beres, kisruh kartu suara atau penghitungan suara yang dianggap curang - selayaknya KPU perlu berbenah. Berbenah, berbenah dan berbenah terus. Dari periode ke periode (seingatku) memang belum pernah sempurna dalam penyelenggaraan Pemilu. Tengok saja pemilu-pemilu sebelumnya, selalu dihujani protes dari pihak-pihak yang kalah tapi diam saat meraih kemenangan.
Kasian KPU udah capek-capek kerja masih aja disalah-salahin hasil kerjanya. Huuh..., susah ya untuk jadi sempurna??

Rabu, April 15, 2009

End Of A Relationship

Apa mau dikata? Ketimbang berlarut-larut semakin tidak terarah, lebih baik menentukan sikap walaupun dimaki-maki. Biarlah..., yang tahu keadaan adalah diri sendiri. Orang luar hanya bisa menilai dari sisi luarnya saja. No comment, no sensation. Pure..., just no respect any more

Selasa, April 14, 2009

MotoGP Losail Digelar Lagi

Sempat tertunda kemarin karena hujan, akhirnya MotoGP Losail digelar tadi malam jam 01.00 am. Hasilnya podium ke 1 : Casey Stoner, ke 2 : Valentino Rossi, ke 3 : Jorge Lorenzo.
Sirkuit Losail - Qatar yang megah dengan soroton lampu yang indah membawa kemenangan bagi Casey Stoner untuk ketiga kalinya di sini. Hmm...., tetep The Doctor Valentino Rossi favoritku. Hehehe.... Gooooooooooo!!! Rossi

Senin, April 13, 2009

Hujan Deras Di Losail - Qatar

Pagi tadi aku bangun kesiangan. Sebabnya….? Aku nonton MotoGP jam 3 pagi yang digelar di sirkuit Losail Qatar. Ini race pertama yang digelar untuk musim tahun 2009 ini. Tapi sayang, pas kelas yang bergengsi akan dimulai, hujan deras turun. Alhasil start delayed, setengah jam kemudian dari pihak penyelenggara MotoGP membatalkan race tersebut. Sirkuit basah dan tidak mungkin panitia meneruskan race tersebut karena bakal membahayakan riders. Padahal sirkuit Losail begitu indah dengan sorotan lampu-lampu yang begitu megah ditengah malam. Motor-motornya pun keren dan kinclong diterpa sorotan lampu ribuan watt. Dimana Rossi…?? Rossi ada, dan dia selalu tersenyum plus melambaikan tangan saat kamera menyorotnya. Hmm… dia memang seorang intertainer yang ramah.
Sejatinya kompetisi tahun ini bakal seru. Tim Ducati yang dikawal Casey Stoner dan partner barunya Nicky Hayden bakal bersaing ketat dengan tim Fiat Yamaha yang tetap digawangi Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Ada yang menarik dari race tahun ini, Sete Gibernau muncul kembali setelah 2 musim absen dari ajang MotoGP kini memperkuat tim Satelit Ducati. Tapi sayang beribu-ribu sayang…, hujan tak dapat ditolak race yang paling bergengsipun batal digelar. (Ada kemungkinan ditunda menurut pembawa acara tv-nya). Iyalah..., kaitannya banyak seandainya race dibatalkan. Penonton kecewa, pihak sponsor rugi besar, panitia juga kecewa dan dari pihak riders-pun ga puas kalo belum tahu hasilnya. Kan udah capek-capek latihan sekaligus udah ngikuti babak kualifikasi yang menentukan posisi start masing-masing.

Selasa, April 07, 2009

Posting Blog Lagi

Ngapain ya enaknya...?
Hai, adakah yang punya ide untuk bantu aku ngisi blog ini?

blablabla.....

Senin yang lalu,
aku masuk kerja seperti biasa. Ga ada hal istimewa untuk diceritain disini.

Selasa yang lalu,
masih rutinitas sehari-hari, dan biasa aja. Siang sms dan teleponan sama Ney, dia pulang kerja mau refleksi dulu. Balas dendam karena rencana refleksi sudah tertunda berhari-hari bahkan lewat seminggu.

Rabu yang lalu,
Dewi telepon, katanya dia lagi di Jogja. Aku tunggu-tunggu katanya mau ke rumah ternyata ga jadi datang. Huuh... Wi, terlanjur kusiapin diri buat menyambut kedatanganmu. Hehehe....

Kamis yang lalu,
pagi-pagi Dewi telepon lagi. Katanya, jam 5 sore mau ke rumah sebelum dia balik ke Lampung. Itupun dia pastikan bila tidak berhalangan datang. Aku cepat-cepat pulang dari kerja supaya dia ga kecele waktu nyampe rumahku. Ehh... ternyata dia tidak jadi datang lagi.
Ngobrol ama Ney, dia otw ke Pondok Indah....

Jumat yang lalu
Rio sms tentang teman-teman yang minta di add ke facebooknya. Haah...? Lucu tuh orang males confirm teman-temannya sendiri. Alasannya karena ada teman yang "ember" ikutan minta di add. Daripada satu ga di confirm, mending ga usah di confirm semua Lel, kata dia begitu. Iyalah.., aku juga ga begitu maniak ama facebook. Kurang tantangannya, enak main di blog gini, bisa ngasah otak untuk berpikir mengisi postingan baru. Ceilaah... sok thinker juga aku yah? hahaha....

Sabtu yang lalu,
pagi-pagi...., preparing for campaign..."Lanjutkan"
SBY datang di Jogja untuk berkampanye. Ikutan ahh....

Minggu yang lalu,
ditelepon teman sampai kuping panas...!! Apalagi kalo tidak membahas berita yang sedang hangat. Bosaann! Padahal baru pulang dari warnet tuh, mata masih panas.

Rabu, April 01, 2009

Jadilah Pemilih Cerdas (Jangan Memilih Dengan Hati Nurani)

Pemilu Legislatif tinggal beberapa hari lagi, tepatnya tanggal 9 April 2009 nanti. Mari kita gunakan hak pilih secara bijaksana dan dengan akal sehat. Jadilah pemilih cerdas, artinya dalam memilih mengetahui partai dan caleg yang akan di pilihnya berdasarkan pertimbangan keputusan yang matang bukan berdasarkan hati nurani.
Memilih dengan hati nurani sangat tidak tepat, karena memilih bukan hanya berdasarkan feeling seperti kita membuat secangkir kopi ; 2 sendok gula pasir + 1 sendok kopi, misalnya.
Memilih caleg dan nantinya memilih capres, harus betul-betul berdasarkan atas visi, misi & program yang disampaikan secara jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. Karena para caleg ini akan menjadi wakil masyarakat di legislatif dan menentukan masa depan masyarakat dalam 5 th ke depan. Begitupun seorang capres akan memimpin negara dan rakyatnya dalam 5 th ke depan.
Jangan salah pilih orang untuk memimpin, bisa-bisa yang jadi korban kita-kita juga. Banyak kan dari mereka-mereka ini yang menjanjikan janji-janji surga saat kampanye, tetapi setelah terpilih...? Huuh.., boro-boro menepati janji, yang ada juga mikirin diri sendiri atau golongannya.
Tapi kenapa ya, banyak yang kulihat sekarang ini caleg yang asal-asalan pada unjuk gigi? Kemampuan NOL BESAR tapi tidak tahu malu pasang muka di pinggir-pinggir jalan minta untuk dipilih sebagai anggota legislatif? Emang dasar ga punya urat malu kali yaa? Hehehe.... (Yang punya urat malu jangan tersinggung ya).

Oke sekali lagi, jadilah pemilih yang cerdas. Hindari caleg yang sekedar cari pekerjaan dan bukan ingin menjadi wakil masyarakat yang bisa membela kepentingan masyarakat. Hmm..., susah ya?
(Pasti ada lah beberapa yang bisa diandalkan. Aku yakin itu!)